Sekjen PBB Kirim Surat ke Menlu Rusia Minta Kesepakatan Gandum Dihidupkan Lagi

Sekjen PBB minta Rusia hidupkan lagi kesepakatan gandum Laut Hitam

AP
Masalah keamanan operasi jalur distribusi gandum masuk dalam agenda pertemuan tingkat tinggi perwakilan Turki, Rusia, Ukraina, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang akan diselenggarakan pada 10-11 Mei di Istanbul
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada Kamis (31/8/2023), telah mengirim serangkaian proposal konkret kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Pengajuan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina secara aman melalui Laut Hitam.

“Saya yakin kami mengajukan proposal yang bisa menjadi dasar pembaruan, tetapi pembaruan itu harus stabil,” kata Guterres kepada wartawan tanpa menjelaskan lebih lanjut rincian proposal tersebut.

“Kita tidak bisa memiliki inisiatif Laut Hitam yang berpindah dari krisis ke krisis, dari penangguhan ke penangguhan. Kita perlu memiliki sesuatu yang berhasil dan bermanfaat bagi semua orang,” katanya.

Seorang diplomat Rusia menyatakan, tidak ada tawaran baru dalam surat Guterres kepada Lavrov. Surat itu hanya ringkasan dari gagasan-gagasan PBB sebelumnya yang tidak berhasil diterapkan.

Lavrov mengatakan sebelumnya setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan di Moskow, bahwa Rusia tidak melihat jaminan yang memungkinkan kesepakatan gandum Laut Hitam bisa kembali dihidupkan. Rusia mengatakan, jika tuntutan untuk meningkatkan ekspor biji-bijian dan pupuk dipenuhi, maka Rusia akan mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali perjanjian Laut Hitam.

Salah satu tuntutan utama Moskow adalah agar Bank Pertanian Rusia terhubung kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT. Uni Eropa telah menghentikannya pada Juni 2022.

Rusia keluar dari perjanjian tersebut pada bulan Juli, setahun setelah perjanjian tersebut ditengahi oleh PBB dan Turki. Pemutusan itu usai keluhan ekspor makanan dan pupuk Moskow menghadapi hambatan dan tidak cukupnya pasokan gandum dari Kiev ke negara-negara yang membutuhkan.

Surat Guterres muncul menjelang pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dua sumber Turki mengatakan kepada Reuters, bahwa keduanya akan bertemu pada Senin (4/9/2023) dan membahas ekspor biji-bijian Laut Hitam.

Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dimaksudkan untuk memerangi krisis pangan global yang menurut PBB telah diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.  “Kami mempunyai beberapa solusi konkrit… memungkinkan akses yang lebih efektif terhadap pangan dan pupuk Rusia ke pasar global dengan harga yang memadai,” kata Guterres.

"Saya yakin, dengan bekerja serius, kita bisa mendapatkan solusi positif untuk semua orang," ujarnya.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler