Mengapa Peta Nasional Cina Picu Gelombang Protes Banyak Negara?
Cina merilis peta terbaru Laut Cina Selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah membuat geram banyak negara di kawasan Asia-Pasifik dengan dikeluarkannya peta resmi baru yang mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan. Namun, klaim baru ini tidak hanya area itu saja, Cina pun memasukan sebagian wilayah India dan Rusia yang diperebutkan.
Atas pembaruan tersebut, keberatan resmi dari banyak negara pun terus berlanjut. Mengapa peta Cina itu sangat meresahkan banyak pihak?
Apa yang diklaim Cina?
Kementerian Sumber Daya Alam Cina merilis peta nasional “standar” yang baru pada Senin (28/8/2023). Pembaruan ini sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menghilangkan “peta masalah.”
Dalam peta tersebut, Cina dengan jelas menunjukkan sembilan garis putus-putus, mendemarkasi klaim perbatasan lautnya dan mengklaim hampir keseluruhan Laut Cina Selatan. Perulangan terkini pada peta tahunan, mencakup garis 10 ke arah timur Taiwan.
Pada ujung timur laut Cina di perbatasan dengan Rusia, terlihat Pulau Bolshoy Ussuriysky, sebuah pulau di pertemuan sungai Amur dan Ussuri, sebagai wilayah Cina. Padahal negara-negara tersebut menandatangani perjanjian hampir 20 tahun yang lalu untuk membagi pulau tersebut.
Sedangkan sepanjang perbatasan selatan dengan India, terlihat Arunachal Pradesh dan Dataran Tinggi Doklam pun diklaim. Area itu dimasukan bersama dengan Aksai Chin di bagian barat yang dikuasai Cina tetapi masih diklaim oleh India.
Bagaimana reaksi negara-negara lain?
Klaim Cina yang sudah berlangsung lama di Laut Cina Selatan telah menyebabkan ketegangan dengan Indonesia, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Semua negara itu memiliki klaim yang saling bertabrakan.
Sedangkan Cina dan India berperang memperebutkan perbatasan pada 1962. Sengketa perbatasan tersebut telah menyebabkan perselisihan selama tiga tahun antara puluhan ribu tentara India dan Cina di wilayah Ladakh. Bentrokan tiga tahun lalu di wilayah tersebut menewaskan 20 tentara India dan empat tentara Cina.
Setelah peta terbaru Cina tersebut dirilis, India membalas terlebih dahulu dengan mengatakan bahwa klaim itu tidak memiliki dasar. New Delhi pun mengajukan keluhan resmi melalui saluran diplomatik sehari setelah perilisan peta tersebut.
"Langkah-langkah pihak Cina seperti itu hanya mempersulit penyelesaian masalah perbatasan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi.
Malaysia kemudian menolak klaim sepihak Cina dan menyebut peta tersebut tidak mengikat bagi negaranya. Vietnam, Taiwan, Indonesia, dan Filipina juga mengikuti langkah serupa.
Vietnam mengatakan, klaim tersebut melanggar kedaulatannya atas kepulauan Paracel dan Spratly serta yurisdiksi atas perairannya. Peta Cina itu pun harus dianggap batal karena melanggar Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Garis putus-putus yang menuai penolakan...
Hanoi Menggambarkan betapa provokatifnya sembilan garis putus-putus. Vietnam pada Juli melarang penayangan film populer Barbie karena diklaim memuat tampilan peta yang menunjukkan klaim Cina yang disengketakan.
Pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri juga menolak sembilan garis putus-putus dan klaim Beijing di Laut Cina Selatan.
Klaim teritorial terkadang mengarah pada konfrontasi langsung. Lebih dari seminggu yang lalu, kapal-kapal Filipina melanggar blokade penjaga pantai Cina di wilayah sengketa Laut Cina Selatan. Peristiwa ini berkaitan dengan pengiriman pasokan ke pasukan Filipina yang menjaga perairan dangkal yang diperebutkan.
Dalam tanggapan terhadap peta tersebut, Departemen Luar Negeri Filipina mengutip keputusan pengadilan arbitrase di Den Haag berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB pada 2016. Dalam kesempatan itu sebagian besar membatalkan klaim Cina atas hampir seluruh Laut Cina Selatan dan menjunjung tinggi Filipina atas kendali sumber daya di zona ekonomi eksklusif sepanjang 322 km di laut.
Sedangkan Rusia belum memberikan tanggapan. Moskow saat ini sangat mementingkan dukungan Cina dalam perangnya melawan Kiev.
Apa yang dikatakan Cina?
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menghindari pertanyaan mengenai hal spesifik dari sembilan garis putus-putus dan alasan menggunakan garis putus-putus ke-10 dalam beberapa tahun terakhir. Dia hanya mengatakan, bahwa sikap Cina terhadap Laut Cina Selatan adalah konsisten dan jelas.
Wang juga tidak secara langsung menanggapi protes atas peta tersebut. Dia mengatakan, pembaruan tersebut merupakan praktik rutin setiap tahun dengan tujuan menyediakan peta standar dan untuk mendidik masyarakat agar menggunakan peta sesuai dengan aturan.
“Kami berharap pihak-pihak terkait dapat melihatnya secara obyektif dan rasional,” ujarnya pada Kamis (31/8/2023).
Kenapa sekarang merilis peta nasional terbaru?
Peta nasional adalah produksi tahunan yang dapat dirilis kapan saja. Cina tahu betul bahwa klaimnya kontroversial, meskipun klaim tersebut bukanlah hal baru.
Momen perilisi tampak penting karena peta tersebut muncul setelah pertemuan negara-negara BRICS pada akhir Agustus. Momen ini tepat sebelum Cina berpartisipasi dalam pertemuan tingkat tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan G20.
Pada pertemuan-pertemuan BRICS, hubungan Cina-Rusia secara luas dipandang semakin menguat. Kelompok tersebut memberikan suara mendukung dalam proposal yang diajukan oleh Cina dan Rusia untuk mengundang Iran dan Arab Saudi, serta empat negara lainnya, untuk bergabung.
Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Cina Xi Jinping bahkan berbicara tentang sengketa perbatasannya. Mereka setuju untuk mengintensifkan upaya untuk meredakan ketegangan.
Sebagian besar negara yang berselisih dengan Cina di Laut Cina Selatan adalah anggota ASEAN, dan India menjadi tuan rumah pembicaraan G20. Dengan merilis peta tersebut, Beijing secara luas dipandang memberi isyarat bahwa mereka tidak berniat untuk mundur dari klaimnya dan memastikan bahwa posisinya selalu diingat oleh negara-negara lain di kawasan ini.