Gus Yahya: NU tidak lagi Terlibat Politik Praktis
Menurutnya, NU kembali ke fungsinya sebagai organisasi keagaaman kemasyarakatan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengungkapkan NU tidak lagi terlibat dalam partai politik atau pun politik praktis. Hal ini sesuai dengan keputusan muktamar pada 1984.
"Dulu sebelum 1973 NU pernah menjadi partai politik, tapi para ulama sudah sepakat membuat keputusan NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik, tidak lagi menjalankan politik praktis tetapi kembali fungsinya sebagai organisasi keagaaman kemasyarakatan. Itu keputusan muktamar 1984, dulu terkenal kembali ke khittah," kata Gus Yahya, Sabtu (2/9/2023).
Gus Yahya melanjutkan, dalam norma organisasi NU tidak mengizinkan mendukung pasangan calon presiden dan wakilnya atau sebagai kompetitor. Menurut dia, ulama NU juga mengetahui terkait hal ini dan mereka ingin pemilu yang lancar.
"Semua orang, ulama punya concern agar pemilu berjalan sehingga baik dan lancar supaya hasilnya berkualitas dan prosesnya aman," ucap Gus Yahya.
Gus Yahya mengatakan secara pribadi dirinya sudah memiliki pilihan, akan tetapi sebagai ketua umum PBNU dirinya harus dapat menahan diri agar pilihannya tidak sampai ke publik. Hal ini agar tidak sampai ada kesalahpahaman seolah dia mempergunakan jabatan yang dimiliki.
"Karena saya ketua umum, pengurus. Kalau saya warga biasa, bisa semau saya. Makanya saya tidak bisa melakukan artikulasi soal itu. Itu harga menjadi ketua umum, seperti itu, tidak boleh mengumbar," kata Gus Yahya.