Aspina Hadir Jembatani Kebutuhan Pengusaha Indonesia di Belanda
Aspina diyakini akan memberikan dampak signifikan bagi warga Indonesia di Belanda
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha dari Amsterdam, Belanda
Pengusaha Indonesia di Belanda kini memiliki asosiasi. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Aspina) di Belanda siap menjembatani kebutuhan pelaku usaha di negeri kincir angin.
Aspina Belanda masih berusia sangat muda, yaitu didirikan pada Januari 2022. Meskipun demikian, Ketua Aspina Fahad Attamimi menilai kehadiran Aspina diyakini akan memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Indonesia di Belanda.
"Lebih baik mulai dari pada tidak sama sekali. Saya yakin, kehadiran Aspina akan memberikan /impact/ besar bagi masyarakat kita di Belanda," katanya kepada Republika.co.id di Amsterdam, Belanda, Ahad (3/9/2023).
Aspina memiliki sejumlah tujuan. Pertama, Aspina ingin membantu pelaku usaha membuka usaha di Belanda. Kemudian, Aspina ingin mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia di Belanda.
"Kita berharap lebih banyak produk Indonesia bisa kita produksi di Belanda," kata Fahad.
Potensi diaspora Indonesia di Belanda cukup besar, dimana 10 persen penduduk Belanda berasal dari Indonesia. Ini artinya, kata Fahad, ada potensi devisa bagi negara.
"Ini punya dampak langsung pada negara, termasuk sektor dana yang kembali ke Indonesia," katanya.
Pada tahap pertama, Aspina merangkul seluruh diaspora yang ada di Indonesia, baik yang sudah punya paspor Belanda atau masih memegang paspor Indonesia. Salah satu sektor yang digandeng adalah pengusaha restoran dan toko kelontong. Saat ini, terdapat 602 toko dan restoran Indonesia di Belanda.
Kemudian, Aspina akan menjadi wadah untuk mewakili pengusaha Indonesia dalam menghadapi dinamika usaha di Belanda.
Misalnya, selama ini banyak pengusaha yang masih membeli bahan baku masakan Indonesia dari toko Thailand atau toko China. Aspina berharap dapat menjembatani kebutuhan bahan baku ini dengan mengimpor langsung dari Indonesia dan masuk ke toko kelontong milik Indonesia.
"Secara tidak langsung, kita jual sendiri dan harga yang ditawarkan bisa jauh lebih murah, ini yang masih digodok oleh Aspina," ucap diaspora yang sudah 15 tahun berada di Belanda ini.
Jika ini terwujud, kata Fahad, tak hanya pengusaha di Belanda yang terbantu, tetapi juga di Indonesia. Pasalnya, transaksi yang dilakukan langsung dari Indonesia untuk keperluan pengusaha Indonesia di Belanda.
Fahad mengatakan, kebutuhan produk Indonesia di Belanda, terutama di Eropa cukup besar. Selain itu, Belanda bisa dikatakan menjadi hub bagi penjualan produk Indonesia di Eropa.
"Ada berapa produk yang diblok jika dikirim langsung ke negara Eropa. Seperti terasi, kalau masuknya lewat Belanda, akan mudah mengirimnya ke negara lain seperti Jerman, Italia, atau Belgia, karena masyarakat Belanda sudah familiar dengan produk itu. Beda cerita kalau dikirim langsung ke Belgia," kata Fahad.
Aspina berharap, kehadiran asosiasi akan membantu pengusaha mengembangkan bisnisnya di Belanda. Selain itu, Aspina juga menggandeng asosiasi dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) untuk mewujudkan program-program bagi diaspora. Tak lupa, Aspina juga berharap dapat menggandeng perbankan untuk mempermudah transaksi pengusaha Indonesia di Belanda.