Emas Jatuh karena Dolar Menguat dan Imbal Hasil Obligasi Naik
Imbal hasil obligasi global meningkat tajam.
REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas tergelincir ke level terendah satu minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah meningkatnya imbal hasil obligasi dan lonjakan dolar AS, karena investor mencari lindung nilai terhadap kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global menjelang serangkaian pembicara Federal Reserve minggu ini.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, jatuh 14,50 dolar AS atau 0,74 persen, menjadi ditutup pada 1.952,60 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.972,60 dolar AS dan terendah di 1.950,60 dolar AS.
Emas berjangka terdongkrak 1,20 dolar AS atau 0,06 persen menjadi 1.967,10 dolar AS pada Jumat (1/9), setelah turun 7,10 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.965,90 dolar AS pada Kamis (31/8), dan bertambah 7,90 dolar AS atau 0,40 persen menjadi 1.973,00 dolar AS pada Rabu (30/8/2023).
Bursa Comex ditutup pada Senin (4/9/2023) untuk libur Hari Buruh.
Kekhawatiran terhadap pertumbuhan global, khususnya di China dan zona euro, menyebabkan dolar menjadi aset safe-haven yang mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, sehingga membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
“Imbal hasil obligasi global meningkat tajam dan tampaknya ada kekhawatiran bahwa kekhawatiran pertumbuhan global bisa menjadi lebih buruk, dan itu membuat semua orang kembali ke dolar,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
“Kisah perlambatan pertumbuhan global pada akhirnya akan terbukti berdampak positif bagi emas dan itu hanya akan terjadi ketika pasar menjadi lebih skeptis terhadap risiko resesi AS,” katanya lagi.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,5 persen pada 104,755 mendekati level tertinggi lima bulan. Meningkatnya imbal hasil obligasi Pemerintah AS semakin melemahkan harga emas.
Departemen Perdagangan AS pada Selasa (5/9/2023) melaporkan bahwa pesanan untuk barang-barang manufaktur AS turun tajam sebesar 2,1 persen pada Juli, penurunan pertama setelah empat kenaikan bulanan berturut-turut. Para ekonom memperkirakan penurunan 2,3 persen pada Juli.
Meskipun serangkaian data ekonomi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed memiliki ruang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga, bank sentral masih diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, mengingat tanda-tanda inflasi yang bandel dan aktivitas pasar tenaga kerja yang stabil baru-baru ini.
"Emas tampaknya mencari katalis fundamental baru untuk memicu pergerakan signifikan berikutnya," kata Lukman Otunuga, manajer analisis pasar di FXTM, dalam komentar surelnya.
Pasar kini fokus pada sejumlah pembicara The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan menawarkan lebih banyak isyarat mengenai kebijakan moneter sebelum keputusan suku bunga akhir bulan ini.
Presiden Fed Dallas Lorie Logan akan berbicara pada Rabu, diikuti oleh Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee pada Kamis (7/9). Anggota komite pasar terbuka Fed John Williams dan Michelle Bowman juga akan berbicara pada Kamis (7/9/2023).
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 68,90 sen atau 2,81 persen, menjadi ditutup pada 23,873 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terpangkas 35,20 dolar AS atau 3,63 persen, menjadi menetap pada 933,50 dolar AS per ounce.