Mantan Pemimpin Mossad yang Turut Membuka Hubungan Diplomatik Israel-Yordania, Tutup Usia
Kantor PM Israel tidak mengungkap penyebab kematian mantan pemimpin Mossad ini.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Mantan kepala intelijen Israel, Shabtai Shavit meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Shavit berjasa memajukan perjanjian perdamaian bersejarah Israel dengan Yordania selama masa jabatannya sebagai direktur badan intelijen Mossad.
Shavit meninggal pada Selasa (5/9/2023) di Italia. Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, Shavit meninggal saat berlibur di Italia. Kantor Netanyahu tidak mengungkap penyebab kematian Shavit.
Kepala Mossad, David Barnea memuji Shavit sebagai pilar dunia operasi, intelijen, keamanan dan strategi negara Israel. Shavit memimpin Mossad dari 1989 hingga 1996. Dia membimbing badan tersebut melewati masa kritis dalam sejarah Timur Tengah.
Shavit mengawasi operasi Israel di luar negeri selama runtuhnya Uni Soviet, akhir Perang Dingin dan Perang Teluk pertama pada 1991. Selama lebih dari tiga dekade bertugas, dia menghabiskan sekitar dua tahun di sebuah pos intelijen di Iran, sebelum Revolusi Islam yang mengubah Iran dari sekutu Israel menjadi musuh terkuatnya.
Selama kepemimpinan Shavit, Israel mencapai perjanjian perdamaian sementara yang bersejarah dengan Palestina pada 1993. Shavit juga memainkan peran penting dalam membangun hubungan diplomatik penuh dengan Yordania pada 1994. Langkah ini mengakhiri perang yang telah terjadi di antara negara-negara tetangga selama hampir setengah abad.
Mossad memiliki sejarah menargetkan dan membunuh ilmuwan yang mengembangkan persenjataan yang dipandang sebagai ancaman terhadap Israel. Program ini tampaknya terus berlanjut di bawah pengawasan Shavit. Pada 1990, dua agen Mossad di Brussels diduga telah membunuh Gerald Bull, seorang insinyur rudal Kanada yang berjanji membangun sebuah "supergun" untuk Irak yang dapat menembakkan peluru besar ke Tel Aviv. Baru-baru ini, keterlibatan Mossad terlihat dalam serangan terhadap ilmuwan dan instalasi nuklir Iran, ketika Israel berupaya mengganggu program nuklirnya.
Operasi lain di luar negeri diyakini telah dilakukan oleh Mossad selama masa jabatan Shavit. Termasuk pembunuhan misterius Atef Bseiso, asisten intelijen utama pemimpin Palestina Yasser Arafat, di Paris pada1992 dan penembakan yang menewaskan pemimpin kelompok militan Jihad Islam, Fathi Shiqaqi, di Malta pada 1995.
Setelah pensiun Shavit menjabat sebagai CEO Maccabi Healthcare Services, salah satu organisasi pemeliharaan kesehatan utama di negara tersebut. Dalam pernyataan belasungkawa, Mossad mengatakan, Shavit berkontribusi penting dalam melestarikan pengetahuan badan intelijen dan komandannya untuk generasi mendatang.
Shavit bergabung dengan ratusan mantan karyawan Mossad, termasuk empat mantan kepala lainnya menentang perombakan yudisial oleh pemerintahan Netanyahu. Mereka menandatangani pernyataan yang menentang rencana pemerintah untuk melemahkan Mahkamah Agung. Shavit dan para pejabat lainnya mengatakan, mereka menganggap Netanyahu bertanggung jawab langsung atas kerugian serius yang dapat ditimbulkan oleh proposal perombakan yudisial tersebut terhadap keamanan nasional Israel.