Ketika Malaikat Jibril Temui Siti Maryam tentang Kabar Kehamilan
Malaikat Jibril membawa kabar gembira sekaligus ujian bagi Siti Maryam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siti Maryam merupakan ibunda Nabi Isa AS, wanita suci dan mulia yang tidak pernah disentuh laki-laki. Maka, ketika Malaikat Jibril datang menemuinya, betapa terkejutnya ia dengan kabar yang disampaikan sang malaikat.
Ibnu Katsir dalam kitab Mukhtashar al Bidayah wa an Nihayah menjelaskan, Siti Maryam berada di bawah asuhan Nabi Zakariya AS. Ia membuatkan sebuah mihrab untuk Maryam di Baitul Maqdis. Ketika tumbuh dewasa, ia sangat rajin beribadah.
Maka, malaikat pun menyampaikan suatu berita gembira kepadanya yang sekaligus mengagetkan. Bahwa Allah memilihnya untuk dianugerahi seorang anak suci yang akan menjadi seorang Nabi yang mulia dan didukung dengan berbagai mukjizat.
Maryam sangat terkejut dengan kabar hadirnya seorang anak dari rahimnya tanpa ayah, sebab ia tidak punya suami. Malaikat mengabarkan kepadanya bahwa Allah Maha Kuasa untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki. Maka, Maryam pun berpasrah.
Namun, ia juga menyadari kabar itu juga merupakan ujian baginya, sebab dapat dipastikan berbagai fitnah akan muncul menghampiri namanya. Suatu ketika pada suatu hari, Maryam keluar untuk kepentingan berkaitan dengan upaya mendapatkan makanan dan minuman. Ia menyendiri di sebelah Timur Masjid Al Aqsa.
Di sanalah Jibril mendatanginya...
Di sanalah Jibril mendatanginya dengan wujud sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat Maryam ayat 17, “Fatamatssala laha basyaran sawiyyan.” Yang artinya, “Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
Ketika Maryam melihatnya, ia berlindung kepada Allah. Lalu Jibril berkata kepada Maryam, “Sesungguhnya aku bukan manusia biasa, akan tetapi seorang malaikat yang diutus Allah kepadamu,”. Jibril melanjutkan kata-katanya sebagaimana terekam dalam Surat Maryam ayat 19, “Li-ahaba laki ghulaman zakiyyan.” Yang artinya, “… Untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”
Lantas Maryam bertanya, “Bagaimana aku punya anak, padahal aku tidak memiliki suami dan bukan wanita pezina?” Jibril menjawab, “Sesungguhnya Allah berjanji akan menciptakan seorang anak pada dirimu, walaupun engkau tidak memiliki suami dan bukan wanita pezina. Hal ini sangat mudah bagi-Nya dan akan menjadi rahmat bagi semua hamba-Nya.”
Kemudian Jibril meniupkan ruh ke dalam kantong baju Maryam dan seketika, Maryam pun mengandung. Maryam mengandung selama sembilan bulan.
Ketika kabar kehamilan Maryam mulai menyebar, tidak ada seorang pun yang datang kepada keluarga Zakaria. Sebagian orang ateis menuduh Maryam telah berbuat mesum dengan Yusuf An-Najar, sepupunya, yang sering beribadah dengannya di masjid.
Mengasingkan diri...
Maryam Mengasingkan Diri
Maryam pun mengasingkan diri. Rasa sakit akan melahirkan membuat Maryam berlindung di bawah pohon kurma. Ketika Nabi Isa terlahir, Maryam membawa bayinya kepada mereka dengan tangannya sendiri.
Lantas, Jibril pun datang dan menghiburnya “Jangan merasa takut. Allah telah menciptakan untukmu sebuah sungai agar engkau bisa minum airnya. Jika engau menggerakkan pohon kurma di dekatmu, maka kurma yang masak akan berjatuhan kepadamu. Janganlah engkau memedulikan mereka sedikit pun. Jika engkau menyaksikan banyak orang, maka tahanlah lidahmu. Janganlah engkau berbicara dengan siapapun, sebab perkataan apapun tidak akan berguna.”
Ketika Maryam membawa bayinya, seketika banyak orang yang menghujatnya dan menuduh ia berzina dengan Yusuf An-Najar maupun Zakaria. Ketika dalam keadaan terdesak, Maryam tidak bisa menjawab apa-apa dan hanya menunjuk ke arah bayinya.
Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah dalam Surat Maryam ayat 29, “Fa-asyaarat ilaihi.” Yang artinya, “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya.” Ketika itulah, berkat kuasa Allah, Nabi Isa yang masih bayi dan baru saja terlahir, ia berbicara sebagaimana terekam dalam Surat Maryam ayat 30.
“Qola, inniy Abdullah. Aataniy Al Kitaba wa ja’alaniy Nabiyyan.” Yang artinya, “Berkata Isa; sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”