Kualitas Udara Diklaim Membaik Saat KTT ASEAN, Heru Tekankan Pemasangan Water Mist
Polusi udara tidak sepenuhnya terjadi atas kontribusi sektor transportasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara di DKI Jakarta sempat membaik pada saat penyelenggaraan KTT ASEAN pada 5-7 September 2023 .
Ke depan, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap perbaikan kualitas udara tidak hanya terjadi pada saat adanya event tertentu, tetapi berkelanjutan. Upaya yang paling ditekankan olehnya adalah pemasangan water mist di gedung-gedung tinggi di Jakarta.
"Alhamdulillah udara di Jakarta tetapi ini kan harus jangka panjang, bukan berarti udara hari ini membaik terus persyaratan atau gedung-gedung tinggi tidak memiliki water mist," kata Heru kepada wartawan di kawasan Jakarta Pusat, Ahad (10/9/2023).
Heru menyebut bahwa pemasangan water mist di seluruh gedung-gedung tinggi di ibu Kota tetap merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal itu sebagai upaya maksimal dalam mengendalikan pencemaran udara yang kerap terjadi tiap tahunnya.
"Tahun depan masih ada lagi kita menghadapi musim kering yang sama," tutur dia.
Sebelumnya, Pengkampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abdul Ghofar mengungkapkan bahwa ada sedikit perbaikan kualitas udara atas dampak terselenggarannya KTT ASEAN pada 5-7 September 2023.
"Kebetulan saya sering cek berkala di IQ Air, yang selama penyelenggaraan KTT ASEAN 5-7 September memang di waktu tertentu dan titik tertentu parameter kualitas udaranya sedikit lebih baik, ya," kata Ghofar kepada Republika, Jumat (8/9/2023).
Mengutip dari data IQ Air, Ghofar menjelaskan, jika biasanya angka indeks kualitas udara di Jakarta bergerak di angka 150-170 IQ US, pada waktu terselenggaranya KTT ASEAN angkanya bisa menyentuh sekitar 120 IQ US.
Diketahui, angka 0-50 IQ US merupakan kategori kualitas udara baik 51-100 masuk kategori sedang, 101-150 merupakan kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif, dan 151-200 merupakan kategori kualitas udara tidak sehat.
"Biasanya merah 150-170, tapi di waktu tertentu dan area tertentu, khususnya di dekat-dekat venue KTT ASEAN cukup baik sih, bisa 80-120. Jadi, sempat turun lumayan, tapi enggak lama, jadinya kayak tiba-tiba sedikit membaik saat penyelenggaraan, lalu kembali ke situasi semula," kata dia.
Ghofar menilai hal itu menunjukkan ada dampak pada kualitas udara dengan dilakukannya intervensi pada sektor transportasi yang ditekan intensinya. Dia menyebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang melakukan berbagai upaya dalam rangka menyukseskan KTT ASEAN, seperti penerapan work from home (WFH), pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi anak sekolah, dan penerapan rekayasa lalu lintas.
Namun, menurut dia, tidak sepenuhnya kontribusi sektor transportasi. Sektor lainnya, seperti sektor industri, juga berpengaruh dalam perbaikan kualitas udara itu.
Diantaranya pemberhentian operasional PLTU Suralaya 1-4 serta penegakan hukum bagi sejumlah perusahaan industri. Selain itu juga dilakukan upaya mengimplementasikan teknik modifikasi cuaca (TMC).
“Jadi, saya pikir effort yang dilakukan menjelang dan selama KTT ASEAN cukup banyak dan tidak hanya menyasar transportasi. Hampir semua sektor dikerjakan tapi pertanyaan kritisnya, setelah KTT apakah akan sama atau enggak effort-nya?” ujar Ghofar.