Warga Maroko Berteriak Minta Bantuan

Korban gempa Maroko berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung

EPA-EFE/YOAN VALAT
Bangunan dapur rusak akibat gempa bumi dahsyat di Ouirgane, selatan Marrakesh, Maroko, Ahad (10/9/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOULAY BRAHIM -- Penanganan dan pengiriman bantuan terhadap korban gempa di Maroko berjalan lambat. Para korban berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung pada Ahad (10/9/2023). Pencarian orang hilang berlanjut di desa-desa terpencil, sementara jumlah korban tewas mencapai lebih dari 2.100 jiwa dan kemungkinan akan meningkat.

Baca Juga


Banyak orang menghabiskan malam ketiga dengan tidur di jalanan. Para pekerja bantuan menghadapi tantangan untuk menjangkau desa-desa yang terkena dampak paling parah di High Atlas, sebuah wilayah pegunungan terjal yang permukimannya sering kali terpencil dan banyak rumah yang hancur.

Di Moulay Brahim, sebuah desa yang berjarak 40 kilometer selatan Marrakesh, warga menggambarkan bagaimana mereka menggali mayat dari reruntuhan menggunakan tangan kosong. Di lereng bukit yang menghadap ke desa, warga menguburkan seorang perempuan berusia 45 tahun yang meninggal bersama putranya yang berusia 18 tahun. Seorang perempuan menangis tersedu-sedu saat jenazah diturunkan ke liang lahat.

Seorang warga, Hussein Adnaie meyakini masih ada orang-orang yang terkubur di reruntuhan. “Mereka tidak mendapatkan pertolongan yang mereka perlukan sehingga mereka meninggal. Saya menyelamatkan anak-anak saya dan saya berusaha mendapatkan selimut untuk mereka dan pakaian apa pun yang bisa mereka pakai dari rumah,” kata Adnaie.

Warga lainnya, Yassin Noumghar mengeluhkan kekurangan air, makanan dan listrik. Noumghar mengatakan, sejauh ini dia hanya menerima sedikit bantuan pemerintah.

“Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah. Kami hanya ingin pemerintah membantu kami," kata Noumghar.

Di Desa Amizmiz yang terkena dampak paling parah, warga menyaksikan tim penyelamat menggunakan alat penggali mekanis pada sebuah rumah yang runtuh. “Mereka mencari seorang pria dan putranya. Salah satu dari mereka mungkin masih hidup,” kata Hassan Halouch, seorang pensiunan tukang bangunan.

Tim akhirnya hanya menemukan jenazah. Tentara, yang dimobilisasi untuk membantu upaya penyelamatan, mendirikan kamp dengan tenda untuk para tunawisma. Sebagian besar toko rusak atau tutup, sehingga warga kesulitan mendapatkan makanan dan perbekalan.

“Kami masih menunggu tenda. Kami belum punya apa-apa,” kata Mohammed Nejjar, seorang buruh yang sedang melipat selimutnya di tempat penampungan sementara yang dibangun dari potongan kayu. 

“Saya mendapat sedikit makanan yang ditawarkan oleh seorang pria, tapi itu saja sejak gempa terjadi. Anda tidak dapat melihat satu toko pun buka di sini dan orang-orang takut untuk masuk ke dalam jika atapnya runtuh," kata Nejjar.

Pusat gempa terletak 72 kilometer (45 mil) barat daya Marrakesh. Pemerintah mengatakan, mereka telah menyiapkan dana untuk warga yang terkena dampak gempa.  Pemerintah juga memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, termasuk menyediakan air minum serta mendistribusikan makanan, tenda dan selimut. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan lebih dari 300.000 orang terkena dampak bencana tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler