Kanselir Jerman Desak Perundingan Baru Perlucutan Senjata Nuklir

Menurut SIPRI jumlah senjata nuklir yang beroperasi sedikit meningkat pada 2022.

Foto : MgRol112
Ilustrasi Bom Nuklir
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan perundingan internasional baru mengenai perlucutan senjata nuklir. Dia mengatakan pada Selasa (12/9/2023) bahwa tidak hanya Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang didesak untuk melakukan itu, tetapi Cina harus terlibat juga.

Baca Juga


“Memulai awal yang baru dalam pengendalian senjata akan menjadi sangat penting,” kata Scholz pada sebuah acara keagamaan di Berlin.

Menurut Scholz, beberapa negara lain juga telah membangun persenjataan nuklir. Dia menyoroti tentang mencegah Iran memproduksi uranium yang dapat berkontribusi pada produksi senjata nuklir. Tindakan untuk mencegah kondisi itu dinilai masih merupakan tugas penting.

Scholz mengatakan, senjata nuklir merupakan ancaman nyata terhadap umat manusia. Pertimbangan itu yang membuat ada kewajiban segera untuk melakukan segala kemungkinan untuk memastikan senjata tersebut tidak pernah digunakan.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), jumlah senjata nuklir yang beroperasi sedikit meningkat pada 2022. Negara-negara menerapkan rencana modernisasi dan perluasan kekuatan jangka panjang.

Saat ini, AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara adalah negara-negara pemilik senjata nuklir. Antara negara-negara tersebut, Rusia, AS, dan Cina dipandang sebagai kekuatan dominan dalam hal jumlah senjata nuklir.

Menurut portal statistik daring Statista, ada sekitar 12.500 hulu ledak nuklir di seluruh dunia per Januari 2023. Rusia memimpin dengan 5.889 hulu ledak nuklir, diikuti oleh AS dengan 5.244  dan Cina dengan 410.

Prancis memiliki 290 hulu ledak nuklir, Inggris memiliki 225, Pakistan memiliki 170, India memiliki 164, Israel memiliki 90, dan menurut perkiraan Korea Utara memiliki 20 hulu ledak.

AS dan Rusia memiliki program ekstensif dan mahal yang sedang berlangsung. Hal itu untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir, sistem pengiriman rudal, pesawat terbang, dan kapal selam mereka, dan fasilitas produksi senjata nuklirnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler