Kiamat Disebut Bunyi Gelegar yang Sangat Keras
Kiamat juga disebut sebagai As-Sa‘ah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- As-Sakhkhah artinya bunyi gelegar yang keras sekali. Kiamat disebut juga dengan nama As-Sakhkhahi karena teriakan dan gelegar suara yang timbul saat itu sangat memekakkan telinga hingga hampir-hampir membuat tuli.
Kata As-Sakhkhah berasal dari sakhkha – yasukhkhu – sakhkhan, artinya bunyi benturan besi dengan besi yang keras sekali, bencana atau malapetaka yang sangat besar, juga berarti kiamat.
Kata As-Sakhkhah hanya disebut satu kali dalam Alquran, yaitu dalam Surat Abasa Ayat 33-37.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاِذَا جَاۤءَتِ الصَّاۤخَّةُ ۖ
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ
وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ
وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ
Maka, apabila datang suara yang memekakkan (dari tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, (dari) ibu dan bapaknya, serta (dari) istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (Quran Surat Abasa Ayat 33-37)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa suara sangat keras dari tiupan sangkakala Malaikat Israfil yang kedua merupakan tanda datangnya hari kiamat (hancurnya alam semesta). Saat suara itu terdengar, semua orang akan sibuk dengan diri mereka sendiri, melupakan yang lain.
Orang-orang akan melupakan anak, istri, orang tua, dan yang lainnya. Mereka hanya memperhatikan nasib atau keadaan masing-masing yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sejalan dengan datangnya hari kiamat.
Kiamat juga disebut sebagai As-Sa‘ah artinya waktu atau saat berakhirnya alam semesta. Kata ini bermakna waktu, saat yang akan datang, saat datangnya kehancuran alam semesta. Dalam Alquran, kata ini disebut dalam dua bentuk, nakirah (indefinit/umum) dan ma‘rifah (definit/ tertentu). Di antara keduanya, yang berarti hari kiamat adalah yang berbentuk ma‘rifah.
Penyebutannya yang demikian mengisyaratkan bahwa saat kehancuran alam pasti akan datang dan terjadi. Dalam bentuknya yang ma`rifah, Alquran menyebutnya sebanyak 41 kali.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ اللّٰهِ ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوْا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا فَرَّطْنَا فِيْهَاۙ وَهُمْ يَحْمِلُوْنَ اَوْزَارَهُمْ عَلٰى ظُهُوْرِهِمْۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ
Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Maka, apabila hari Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami atas kelalaian kami tentangnya (hari Kiamat),” sambil memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu. (Quran Surat Al-An‘am Ayat 31).
Ayat tersebut mengisyaratkan adanya orang-orang yang mengingkari datangnya kiamat (as-sa‘ah). Ketika hari itu tiba, mereka ternyata tidak siap, sehingga yang muncul adalah penyesalan, karena banyak melakukan keburukan dan kemaksiatan. Dengan datangnya kiamat, semua dosa yang telah mereka perbuat harus dipertanggungjawabkan.