Saudi tidak akan Tinggalkan Palestina dalam Pembicaraan Normalisasi dengan Israel

Arab Saudi telah menyampaikan kepada AS memajukan solusi dua negara penting.

EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Warga Yaman mengibarkan bendera Palestina dan menunjukan Al quran saat unjuk rasa anti-Israel di Sanaa, Yaman, (4/7/2023)
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Para pemimpin Arab Saudi pekan lalu meyakinkan delegasi Otoritas Palestina bahwa Riyadh tidak akan meninggalkan perjuangan Palestina karena terlibat dalam negosiasi dengan Amerika Serikat tentang normalisasi hubungan dengan negara pendudukan Israel.

Baca Juga


Pejabat AS dan Arab mengatakan kepada Times of Israel pada Rabu lalu bahwa pesan itu disampaikan dalam beberapa pertemuan antara delegasi PA dan pejabat senior Saudi, termasuk Menteri Luar Negeri Faisal Bin Farhan.

Delegasi Palestina yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hussein Al-Sheikh, Kepala Intelijen Umum PA Majed Faraj, dan penasihat diplomatik Presiden PA Mahmoud Abbas Majdi Al-Khalidi membahas serangkaian tindakan yang ingin dilihat maju dalam konteks perjanjian normalisasi antara Israel dan Arab Saudi.

Bulan lalu, para pejabat mengatakan kepada Times of Israel bahwa Palestina sedang mencari langkah-langkah tidak dapat diubah dari Israel, Arab Saudi, dan AS. Misalnya, dukungan Washington untuk pengakuan kenegaraan Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa, AS membuka kembali konsulatnya di Yerusalem, penghapusan undang-undang kongres yang mencirikan Palestina sebagai organisasi teror, transfer Israel atas wilayah Tepi Barat ke kontrol Palestina, dan penghancuran pos-pos Yahudi ilegal di Tepi Barat yang diduduki.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Arab Saudi telah menyampaikan kepada Washington bahwa memajukan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina adalah komponen penting dari potensi kesepakatan normalisasi, yang ditengahi Amerika antara Riyadh dan Yerusalem.

"Juga jelas dari apa yang kami dengar dari Saudi bahwa jika proses (normalisasi Israel) ini bergerak maju, bagian Palestina akan menjadi sangat penting juga," kata Blinken kepada podcast Pod Saves the World.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bagaimanapun, bersikeras masalah Palestina tidak sepenting Arab Saudi, seperti yang diyakini umum dan bahwa itu belum menjadi komponen penting dari pembicaraan normalisasi yang telah diadakan Riyadh dengan Washington.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler