Indonesia Sponsori Pertemuan Soal Rohingya di Sela Sidang Majelis Umum PBB
Saat ini lebih dari 1 juta warga Rohingya mengungsi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, menghadiri pertemuan bertajuk Have They Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar yang digelar di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (21/9/2023). Indonesia menjadi salah satu co-sponsor dari pertemuan yang bertujuan membangkitkan kembali solidaritas dan perhatian masyarakat internasional terhadap Rohingya tersebut.
“Seperti kita ketahui bahwa perhatian terhadap isu Rohingya semakin berkurang padahal isu ini masih sangat jauh dari kata selesai,” kata Retno dalam keterangan persnya, dirilis oleh Kementerian Luar Negeri, Jumat (22/9/2023)
Dalam pertemuan Menlu mengingatkan, lebih dari 1 juta warga Rohingya mengungsi. Beberapa di antara mereka juga masuk ke Indonesia. “Situasi global serta politik domestik Myanmar membuat isu Rohingya ini semakin sulit diatasi,” ujarnya.
Terdapat dua hal yang ditekankan Retno dalam pertemuan Have They Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar. Pertama, penyelesaian isu Rohingya perlu menjadi bagian dari penyelesaian krisis politik di Myanmar.
Persoalan tentang integrasi warga Rohingya ke dalam Myanmar harus menjadi bagian dari agenda dialog nasional inklusif. “Dan tadi saya juga sebutkan bahwa ASEAN akan terus memberikan kontribusi dan ASEAN tidak akan melupakan Rohingya,” ucap Menlu.
Kedua, kepastian pemberian bantuan kemanusiaan bagi Rohingya diperlukan. “Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir,” ujar Menlu Retno dalam pertemuan tersebut.
Oleh sebab itu, Retno menekankan, dukungan dari dunia internasional untuk Rohingya perlu terus diperkuat. “Kita perlukan adanya kerja sama antara PBB, ASEAN, dan juga organisasi internasional lainnya,” ujarnya.
“Saat ini masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam,” kata Retno saat menutup pernyataannya dalam pertemuan.
Selain Indonesia, negara lain yang turut mensponsori pertemuan Have They Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar adalah Bangladesh, Kanada, Gambia, Malaysia, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).
Tak capai kemajuan
Dalam KTT ASEAN ke-43 yang digelar di Jakarta pada 5-7 September 2023 lalu, para pemimpin ASEAN mengakui tidak ada kemajuan dalam penanganan isu Myanmar. “Para pemimpin meninjau implementasi Lima Poin Konsensus sesuai mandat KTT ASEAN ke-40 dan ke-41. Kesimpulannya, tidak ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi Lima Poin Konsensus,” kata Menlu Retno kepada awak media di JCC, Senayan, Jakarta, 5 September 2023 lalu
Menurut Retno, para pemimpin ASEAN memahami peliknya situasi terkait isu Myanmar. Kendati demikian, mereka tetap mengapresiasi Indonesia selaku ketua ASEAN tahun ini dalam mengupayakan penyelesaian krisis Myanmar.
“Bapak Presiden (Jokowi) menyampaikan tadi bahawa dalam sembilan bulan (keketuaan ASEAN), Indonesia telah melakukan 145 engagement. Ini adalah engagement paling banyak dan paling intensif yang pernah dilakukan oleh ASEAN,” ungkap Retno.
Dia menjelaskan, setelah melakukan diskusi di sesi Retreat, para pemimpin ASEAN memutuskan, Lima Poin Konsensus tetap menjadi rujukan utama dalam penanganan isu Myanmar. Para pemimpin ASEAN juga sepakat untuk membentuk troika yang terdiri dari ketua ASEAN saat ini, sebelumnya, dan yang akan datang. “Keterwakilan non-politis Myanmar dipertahankan,” kata Retno.
Sementara itu, di hari terakhir KTT ASEAN, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, ASEAN akan terus melanjutkan upayanya untuk dapat mengatasi krisis di Myanmar. Menurutnya, upaya untuk menciptakan perdamaian selalu butuh waktu yang panjang.
Jokowi mengungkapkan, selama keketuaan Indonesia, ASEAN telah melakukan 145 keterlibatan dengan 70 pemangku kepentingan di Myanmar. Dia mengklaim, kepercayaan di antara para pihak di Myanmar mulai tumbuh.
“Ini akan kita lanjutkan. Memang untuk menciptakan perdamaian selalu butuh waktu yang panjang,” ucap Jokowi saat memberikan keterangan pers sesuai acara penutupan KTT ASEAN ke-43 di JCC, Senayan, 7 September 2023.
“Tapi tidak apa, kita harus terus melakukan, kita harus terus berjuang. Dan ASEAN tidak akan tersandera oleh isu Myanmar. Kapal ASEAN harus terus melaju untuk mewujudkan perdamaian, mewujudkan stabilitas, kemakmuran,” tambah Jokowi.