Pengamat Nilai Suara dari Kalangan Nahdliyin Kunci Pemenangan Pilpres 2024
Dalam konteks pemilihan langsung, suara dari kalangan Nahdliyin sangat besar.
REPUBLIKA.CO.ID, Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fahrul Muzaqqi menyatakan suara dari kalangan Nahdliyin menjadi kunci yang menentukan pemenang di pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.
"Tentu saja, saya yakin itu penentunya Nahdliyin karena suaranya sangat mayoritas di konteks pilpres," kata Fahrul, Rabu (7/9/2023).
Fahrul menyebut sejauh ini baru pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau "AMIN" yang paling terlihat memiliki potensi meraup suara Nahdliyin. Hal itu disebabkan karena faktor keberadaan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan partainya.
Namun, kondisi tersebut bisa berubah ketika dua bakal calon presiden lainnya, yakni Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto bisa menggandeng bakal calon wakil presiden dari kalangan Nahdliyin. "Jika Pak Ganjar dan Pak Prabowo sama-sama mengambil wakil dari kalangan Nahdliyin, maka berubah persaingannya," ujarnya.
Keberadaan bakal calon wakil presiden dari Nahdliyin bagi Prabowo dan Ganjar diprediksi berpotensi menggerus suara kalangan tersebut yang sejauh ini lekat dengan kubu pasangan "AMIN".
"Cak Imin (Muhaimin Iskandar) sudah dengan sendirinya ketinggalan, tinggal dua kandidat ini ambil wakil dari Nahdliyin atau tidak," ucapnya.
Sementara, pengamatan politik dari Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menilai bahwa suara Nahdliyin memang wajar untuk diperebutkan oleh setiap kontestan di Pilpres 2024. Sebabnya, didasari banyaknya tokoh yang memiliki basis massa besar.
"Tokoh-tokoh yang punya patron, warga Nahdliyin dan Nahdlatul Ulama (NU) itu banyak sekali, wajar kalau kemudian suara Nahdliyin diperebutkan," ucapnya.
Kendati demikian, Surokim memprediksi para bakal calon presiden kesulitan apabila berambisi mendapatkan suara Nahdliyin secara utuh. "Suara Nahdliyin itu tersebar di banyak kalangan, termasuk partai," ujarnya.
Adapun, pengamat politik Universitas Jember Dr. Muhammad Iqbal menilai bahwa pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mampu merebut perolehan suara dari basis warga Nahdliyin di Pulau Jawa pada Pemilu Presiden 2024.
"Konfigurasi koalisi baru antara NasDem dan PKB sejatinya memang bisa mengubah peta kontestasi Pilpres 2024, terutama ketika bertarung merebut basis suara di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta sebagian Jawa Barat," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat, pekan lalu.
Menurutnya, tiga provinsi lumbung suara terbesar secara nasional itu kuasa elektoralnya terpusat di mesin politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Gerindra.
"Maka munculnya pasangan Anies dan Cak Imin yang secara ambang batas pencalonan sudah bisa kantongi tiket pilpres, berpotensi merobohkan dominasi PDIP dan Gerindra di provinsi basis besar warga Nahdliyin," tuturnya.
Ia mengatakan, peluang kemenangan Anies-Cak Imin itu sangat besar bisa terjadi ketika daya mesin PKB solid bergerak, bukan isapan jempol atau semata hitungan kertas saja. Secara politik elektoral, lanjut dia, kepemimpinan Cak Imin selama tiga pemilu, yakni 2009, 2014, dan 2019 sukses menempatkan PKB stabil berada di papan elit partai parlemen Senayan maupun daerah.
Dalam serial pilkada di provinsi episentrum warga Nahdliyin pun orkestrasi Cak Imin tercatat sukses menempatkan relasi dukungan PKB dengan kepala daerah. "Itulah faktor rasional besarnya peluang Anies-Cak Imin diharapkan bisa merebut kemenangan dari dominasi PDIP di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat," ucap pakar komunikasi politik Unej itu.
Perwakilan Anies Rasyid Baswedan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Sudirman Said sebelumnya mengatakan, bahwa pihaknya akan menyusun strategi dalam meraih suara masyarakat untuk pasangan Anies dan Abdul Muhaimin Iskandar. Termasuk strategi untuk meraih suara warga Nahdlatul Ulama (NU).
Ia juga santai menanggapi berbagai hasil survei yang menunjukkan masih rendahnya elektabilitas Anies dan Muhaimin. Menurutnya, data-data tersebut akan dijadikan acuan dalam penyusunan strategi pemenangan.
"InsyaAllah survei apapun itu kita jadikan cermin dan untuk menata ya strateginya, ya kita jalankan aja nanti," ujar Sudirman di Kantor Sekretariat Perubahan, Jakarta, awal bulan ini.
Pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid terkait NU dan Muhaimin juga santai ditanggapinya. Sebab, tujuan utama Koalisi Perubahan adalah memenangkan pasangan Anies-Muhaimin pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Kita ingin berjuang terus untuk meyakinkan rakyat bahwa Pak Anies dan Pak Muhaimin adalah pilihan yang terbaik yang bisa kita tawarkan," ujar Sudirman.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid singkat menanggapi kesan yang menyebut bahwa PBNU yang tak sejalan dengan partainya. Ia menjawab, PKB dan PBNU tak saling bertentangan satu sama lain.
"Nggak, nggak ada, nggak ada itu (pertentangan antara PBNU dan PKB)," ujar Jazilul menjawab pertanyaan soal PBNU yang terkesan selalu bertentangan dengan keputusan politik PKB, di Nasdem Tower, Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Di lokasi yang sama, Muhaimin juga menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang mengungkapkan NU tidak lagi terlibat dalam partai politik. Tegasnya singkat, ia tak pernah membawa PBNU dalam sikap dan keputusan PKB.
"Saya tidak pernah bawa-bawa itu, saya tidak pernah bawa-bawa PBNU, tapi saya dari lahir sampai sekarang orang tahu saya adalah NU," singkat Muhaimin.