Rasulullah Mengajar dengan Keteladanan Akhlak
Keteladanan Akhlak menjadi Kunci Seorang guru
Metode terbaik yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah keteladanan dan akhlak yang mulia. Seorang guru harus menjadi teladan yang baik. Apa yang kita suruh, kita ajarkan haruslah sudah kita lakukan dengan baik terlebih dahulu. Rasulullah akan melakukan contoh terlebih dahulu sebelum orang lain melakukan apa yang beliau ajarkan. Sehingga orang lain bisa mengikutinya dan mengamalkan seperti apa yang mereka lihat. Keteladananan ini yang dibutuhkan oleh para siswa, maka penting bagi setiap guru untuk terus menjadikan dirinya contoh yang baik melalui pribadi yang mulia.
Metode mengajar yang dicontohkan Rasulullah dengan menunjukkan praktek langsung sebagai contoh adalah sarana efektif. Dengan tindakan dan praktek langsung akan menimbulkan pengaruh yang lebih kuat dan membekas dalam jiwa setiap siswa. Tentu saja lebih mudah untuk dikerjakan dan diikuti daripada hanya sekedar teori.
Akhlak yang baik juga menjadi cerminan seorang guru, budi pekerti yang mulia selalu menjadi acuan seorang guru dalam melakukan pengajaran. Rasulullah dijadikan Allah sebagai teladan yang baik bagi hamba-hambanya melalui AlQuran.
Guru Teladan Bukan Guru telatan, ini penting dipahamkan bagi seorang guru. Menjadi guru teladan adalah pilihan bagi kita sebagai daya pikat pribadi. Guru yang memiliki kemampuan terbaik menyampaikan materi dan pesan kebaikan tapi jika tidak diikuti dengan keteladanan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Karena itu guru harus memberikan keteladanan kepada setiap anak didik.
Keteladanan adalah daya pikat pribadi seorang guru, dengan menghadirkan contoh yang baik, sikap dan perilaku kita akan diperhatikan oleh anak didik. Keteladanan yang kita ingin bicarakan kali ini bersifat universal yang meliputi seluruh aspek dari kehidupan kita sebagai guru.
Guru tidak saja harus menghadirkan keteladanan dalam sisi akhlak dan perilaku sehari-hari saja. Namun juga dasi sisi akidah dan ibadah bahkan dalam profesionalitas menyelesaikan tugas.
Keteladanan Guru dalam akidah
Seorang guru harus menjalankan tugasnya dengan satu keyakinan yang teguh kepada Allah, ini menjadikan peran guru untuk membimbing dan mendidik anak memiliki akidah yang lurus. Akidah yang kita tanamkan kuat ini akan melahirkan sifat-sifat utama yang menghiasi keseharian setiap siswa. Kesabaran dan kesyukuran merupakan pancaran akidah seorang guru. Contoh ketika guru diberi ujian berat, harus menjalankan tugas di daerah yang jauh dari kota dengan segala keterbatasan. Dengan demikian dirinya dapat tetap istiqomah menjalankan misi suci ini. Dengan dilandasi kesabaran guru menjalani tugas tanpa mengeluh dan merasa terbebani.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya guru-guru pendahulu kita memiliki rintangan yang lebih berat dari kita. Namun mereka tetap tegar tanpa mengeluh. Maka bersyukur adalah cara terbaik, kesabaran adalah kunci terbaik.
Guru harus memiliki satu keyakinan kepada Alla dan Rasul-Nya memberikan kekuatan bagi seseorang untuk melaksanakan ketaatan penuh kepada Allah. Mereka menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan teladan dalam menjalankan ketaatan tersebut. Guru harus memiliki semangat untuk berjuang dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya, bahkan dengan pengorbanan harta jiwa dan raganya sebagai bentuk keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah mengajarkan akidah yang lurus ini melalui keteladanan kepada para sahabat yang diwariskan pada thabiin dan orang-orang yang mendapat petunjuk Nya sampai akhir zaman. Akidah ini harus terus dipelajari oleh para guru dan diajarkan kepada para anak didiknya sebagai bekal untuk menjalani kehidupan didunia.
Keteladanan Guru dalam Ibadah
Seorang guru hendaknya meniatkan pengabdiannya sebagai sarana ibadah terbaik kepada Allah. Maka keteladanan dalam ibadah menjadi penting sebagai sebuah cerminan dari akidah yang lurus. Ibadah dengan benar akan menjadi teladan bagi setiap siswa, melaksanakan segala perintah dari Allah melalui ibadah yang benar sesuai keyakinan merupakan landasan utama diterimanya ibadah.
Seorang guru harus mengetahui makna dan hakikat dengan benar dari ibadah. Para ulama membagi makna ibadah menjadi dua bagian yaitu Ibadah mahdhoh dan ibadah ghairu mahdhoh. Ibadah mahdhoh adalah pokok yang memiliki tuntunan dalam Al Quran dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah seperti shalat, puasa, zakat, haji.
Sehingga penting bagi seorang guru memahami makna ibadah dengan segala aktivitas pendidikan. Kegiatan menyampaikan ilmu dalam proses belajar mengajar akan menjadi bentuk ibadah selama diniatkan untuk beribadah. Jadi bukan hanya sekedar bekerja, atau hanya melaksanakan tugas profesi. Apalagi hanya diniatkan untuk melaksanakan kewajiban sekaligus mencari penghasilan bagi keluarga. Sungguh merugilah para guru jika itu yang terjadi.
Keikhlasan dalam menjalankan ibadah hanya semata-mata karena Allah adalah bagian dari perwujudan ibadah dengan benar. Niat atau dorongan untuk melaksanakan bukan karena faktor paksaan, atau sebab perintah pimpinan. Tapi menjalankan ibadah bagi seorang guru harus dilandasi dengan niat yang lurus sebagai bagian dari ketaatan kepada sang khalik.
Niat seorang guru menjalankan ibadah ini akan menentukan bagaimana kemurnian setiap amalan. Sebagaimana sabda Rasulullah : Sesungguhnya amal seseorang sangat bergantung oleh niatnya. Mereka akan memperoleh imbalan sesuai dengan apa yang mereka niatkan. Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka dia akan memperoleh balasan dari Allah dan Rasul-Nya, tetapi siapa yang berhijrah karena ingin mendapatkan kedudukan dan ingin mengawini wanita maka yang dia peroleh adalah keduanya itu.
Dalam menjalankan setiap ibadah, seorang guru hendaknya tidak melenceng dari tuntunan Allah. Tuntutan yang sesuai dengan kitab suci Al Quran dan tata cara sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah secara lengkap. Setinggi apa pun ilmu yang kita miliki, tidak dibenarkan kita melakukan kerasi inovasi baru dalam beribadah. Seperti hadist Rasulullah : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Kesungguhan dalam menjalankan ibadah juga harus dilakukan, tertib dan berkesinambungan. Ibadah adalah sebuah sarana pengabdian seorang guru, tidak bisa dilakukan dengan setengah hati. Kesungguhan ini akan tercermin manakala seorang guru menjalankan ibadah dengan niatan semata-mata meraih keridhoan Allah.
Maka sudah seharusnya dalam keteladanan seorang guru tidak boleh melupakan ibadah. Pendidikan melalui pembelajaran apa pun harus dilandasi dengan niatan untuk beribadah.
Kewajiban menjalankan semua perintah Allah melalui ibadah yang rutin maupun sunah harus menjadi bagian dari keseharian seorang guru. Menjalankan shalat dengan tepat waktu, ibadah puasa sunah rutin, mengajar dengan baik, disiplin dan profesional adalah contoh ibadah yang harus terus dijadikan teladan bagi seorang guru.
Keteladanan Guru dalam Akhlak
Merujuk kepada pendapat Imam al-Ghazali, bahasa kata al-Khalaq (fisik) dan al-Khuluq (akhlak) ialah dua kata yang digunakan dengan bersama-sama. Misalnya, dalam redaksi bahasa Arab, “Fulan husnu, alkhalaq wa alkhuluq”, yang berarti “Seorang yang lahir dan batinnya baik”, sehingga al-khalaq berarti bentuk lahirnya, sedangkan al-khuluq artinya bentuk batinnya. Hal ini disebabkan karena kodrat manusia yang sebenarnya terdiri dari dua unsur yaitu unsur fisik dan non-fisik. Unsur fisik dapat dilihat oleh mata (panca indra) dan unsur non-fisik yang hanya dapat dirasa tetapi tidak terlihat secara kasat mata.
Akhlak merupakan segala sesuatu yang telah ada dan tertanam pada diri seseorang, yang nantinya ahlak dapat melahirkan segala perbuatan yang tidak harus melalui pemikiran dan atau perenungan seseorang itu terlebih dahulu. Ini berarti perbuatan-perbuatan yang timbul nantinya terjadi secara refleks dan spontan tanpa harus dipikirkan terlebih dahulu oleh seseorang tersebut. Jika dari sifat yang tertanam itu menimbulkan perbuatan-perbuatan yang terpuji, maka sifat ini disebut dengan akhlak yang baik (akhlak al-mahmudah). Namun, jika sebaliknya sifat tersebut menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk maka sifat ini disebut juga dengan akhlak yang buruk (ahlak al-mamdudah).
Guru sebagai sosok teladan tentu memiliki akhlak yang menjadi landasan dasar yang bisa dijadikan panutan bagi para siswanya. Akhlak yang mulia adalah wujud dari lurusnya akidah seorang guru. Akidah Ibadah dan Akhlak adalah 3 hal yang saling terkait, inilah kepribadian yang mutlak dimiliki oleh seorang guru.
Teladan terbaik kita, baginda Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Pada waktu itu kerusakan akhlak dimasyarakat sudah sangat parah dan mengkhawatirkan. Dengan penyimpangan akidah kaum masyarakat jahiliyah pada saat itu mereka melakukan perilaku yang dilarang Allah seperti perilaku syirik, saling membunuh, ketidakadilan pemimpin dan lain-lain.
Dalam kondisi seperti itulah, Rasulullah hadir membawa risalah dengan dakwah contoh keteladanan akhlak. Kemuliaan Rasulullah sudah nampak sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Dengan gelar Al Amin, beliau mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Apalagi setelah beliau diangkat sebagai Rasul , maka kepribadian beliau akhlak semakin tinggi.
Berkaca dari pendidikan akhlak yang diberikan oleh Rasulullah, sebagai seorang pendidik kita harus membimbing siswa melalui teladan yang baik. Keteladanan dengan akhlak yang mulia akan menjadikan pribadi kita sebagai rujukan bagi siswa dalam hidupnya.
Kepercayaan siswa dengan keteladanan yang kita contohkan akan lahir, sebaliknya jika kita memiliki akhlak yang kurang terpuji maka kewibawaan guru dihadapan para siswa akan hilang. Upaya yang bisa terus dilakukan seorang guru dalam memperbaiki akhlak diantaranya adalah memahami keutamaan akhlak mulia dan memposisikan diri kita sebagai seorang yang dijadikan teladan bagi anak didik kita. Guru harus terus menambah pengetahuan tentang keutamaan akhlak melalui kajian-kajian, memperbanyak bertanya kepada ulama, dan bergaul dengan orang-orang yang shaleh.
Komunitas menjadi penting bagi guru, karena pergaulan dilingkungan masyarakat akan cukup membawa pengaruh dalam kehidupan kita. Maka sudah selayaknya seorang guru berada dalam lingkungan yang baik, agar semakin tercermin akhlak yang baik dari dalam dirinya.