Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Lima persen pada 2023

Proyeksi masih sama dari outlook yang dikeluarkan Bank Dunia sebelumnya.

EPA-EFE/ADI WEDA
Indonesian President Joko Widodo (R) welcomes World Bank President Ajay Banga (L) ahead of the ASEAN Summit at the Presidential Palace in Jakarta, Indonesia, 04 September 2023. Banga is visiting Indonesia to attend ASEAN Summit. Indonesia will host the 43rd ASEAN Summit and related summits from 05 to 07 September 2023.
Rep: Novita Intan Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi lima persen pada 2023. Adapun proyeksi ini membaik dari laporan East Asia and Pacific (EAP) pada April 2023 sebesar 4,9 persen.
 
Berdasarkan laporan East Asia and Pacific (EAP) October 2023, Bank Dunia juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 sebesar 4,9 persen. Adapun proyeksi ini masih sama dari outlook yang dikeluarkan Bank Dunia sebelumnya.
 
Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik akan sedikit tertekan hingga akhir tahun ini, meski sudah membaik dari saat masa Pandemi Covid-19.
 
“Pada 2024 pun perlambatan akan terjadi banyak negara kawasan. Kawasan ini (Asia Timur dan Pasifik) terus mengalami pertumbuhan, tetapi pertumbuhan itu melambat,” ujarnya saat konferensi pers, Senin (2/10/2023).
 
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik sebesar lima persen pada 2023, sedikit lebih rendah dari proyeksi April 2023 sebesar 5,1 persen.
 
“Pada 2024 pun juga proyeksi (kawasan Asia Timur dan Pasifik) melambat dari 4,8 persen menjadi 4,5 persen,” ucapnya.
 
Sementara pertumbuhan ekonomi China, Mattoo memproyeksikan masih sama dengan 2023, dari yang perkiraan pada April 20023 sebesar 5,1 persen. Namun pada 2024 diproyeksikan dari 4,8 persen menjadi hanya 4,4 persen akibat dampak kebijakan reformasi struktural ekonominya yang memiliki implikasi ke kawasan.
 
Menurut Mattoo perlambatan tersebut disebabkan pertumbuhan China yang masih bergantung dari investasi bidang infrastruktur dan real estat, meskipun pertumbuhan ini semakin menurun, sehingga membuat banyak perusahaan berutang, juga sektor rumah tangga, dan aset properti mereka juga semakin turun.
 
"Pada saat yang sama China berupaya melakukan transisi dari model pertumbuhan semacam ini, yang bergantung pada konsumsi dan investasi. Terutama untuk memastikan pertumbuhannya lebih inklusif," ucapnya.
 
Kendati demikian Bank Dunia mengungkapkan membaiknya kondisi eksternal akan membantu pertumbuhan di kawasan ini pada 2024. Adanya faktor kesulitan domestik yang terus-menerus di China seperti memudarnya pemulihan dari pembukaan kembali ekonomi, peningkatan utang dan kelemahan sektor properti, faktor struktural seperti penuaan, akan membebani pertumbuhan di China hingga melambat menjadi 4,4 persen pada 2024.
 
"Pertumbuhan di kawasan lainnya diperkirakan akan meningkat menjadi 4,7 pada 2024, seiring dengan pemulihan pertumbuhan global dan pelonggaran kondisi keuangan yang mengimbangi dampak perlambatan pertumbuhan di China dan langkah-langkah kebijakan perdagangan di negara-negara lain," tulis Bank Dunia.
 
Secara umum proyeksi di kawasan ini dipengaruhi oleh pemulihan pertumbuhan global dan kondisi finansial yang semakin membaik. Adapun kondisi itu mengimbangi dampak perlambatan pertumbuhan di China dan langkah-langkah kebijakan di negara-negara lain.
 
“Meningkatnya tekanan geopolitik, serta kemungkinan terjadinya bencana alam, termasuk kejadian-kejadian cuaca ekstrim, menjadi beberapa risiko tambahan yang akan dihadapi negara-negara di kawasan sehingga membentuk prospek perekonomian kawasan ini seperti 2024,” tulis Bank Dunia.
 
Selain itu, pertumbuhan ekonomi seperti Malaysia cenderung direvisi ke bawah pertumbuhan tahun ini. Malaysia, dari yang diperkirakan tumbuh 4,3 persen menjadi hanya 3,9 persen pada tahun ini, lalu menjadi 4,3 persen pada 2024 dari perkiraan sebelumnya 4,2 persen.
 
Kemudian Thailand yang hanya tumbuh 3,4 persen dari 3,6 persen pada 2023, dan 2024 menjadi 3,5 persen dari 3,7 persen. Vietnam dari 6,3 persen menjadi hanya 4,7 persen pada 2023, dan 2024 dari 6,5 persen menjadi 5,5 persen. Filipina sebesar 5,6 persen sedangkan 2024 sedikit revisi ke bawah dari 6,5 persen menjadi 5,5 persen.
 

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler