IHSG Dibuka Turun di Tengah Lonjakan Imbal Hasil Obligasi AS

IHSG melemah ke level 6.912,68.

Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Rep: Retno Wulandhari Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada perdagangan Rabu (4/10/2023). IHSG melemah ke level 6.912,68 setelah terpangkas 0,30 persen pada perdagangan kemarin.

"Penurunan IHSG sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia pagi ini, yang dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam yang ditutup turun tajam," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

S&P 500 anjlok ke level terendah dalam empat bulan. Sementara Dow Jones memasuki teritori negatif untuk pertama kalinya pada tahun ini. CBOE S&P 500 Volatility Index (VIX), yang mengukur rasa takut investor, melonjak 12,32 persen ke level tertinggi sejak Mei.

Data pasar tenaga kerja AS memperkuat alasan bagi bank sentral AS, Federal Reserve, untuk mempertahankan suku bunga di tingkat yang tinggi. Hal ini pun mendorong kenaikan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS.

Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun melonjak 12 bps menjadi 4,80 persen, tertinggi sejak Agustus 2007. Hal ini memicu kekhawatiran suku bunga yang tinggi akan memberi tekanan lebih lanjut pada pasar perumahan di AS.

Suku bunga KPR cenderung mengikuti pergerakan yield US Treasury Note bertenor 10 tahun. Ketika yield naik, maka biasanya suku bunga KPR juga bergerak naik.

Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) memperlihatkan jumlah lowongan kerja naik 690 ribu menjadi 9,61 juta di Agustus, jauh di atas konsensus pasar yang sebesar 8,8 juta. Ini mengindikasi pasar tenaga kerja tetap kokoh di hadapan pengetatan kebijakan moneter luar biasa oleh Federal Reserve.

Jumlah orang yang secara sukarela berhenti dari pekerjaan mereka bertambah 19 ribu menjadi 3,64 juta. Angka tersebut naik dari level terendah dalam dua setengah tahun sebesar 3,62 juta di Juli.

"Pasar tenaga kerja masih akan menjadi fokus perhatian investor sepanjang minggu ini. Sebelum rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) pada Jumat, investor akan mencerna rilis data ADP Employment Change malam ini dan rilis data Initial Jobless Claims pada Kamis," kata Phillip Sekuritas Indonesia.



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler