MER-C Minta Dewan PBB Segera Lindungi Palestina
Ketua Presidium MER-C menuntut agar kedamaian di wilayah tersebut segera muncul.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan mendadak yang dilakukan Hamas kepada Israel berbuntut aksi balasan, sekaligus meningkatkan tensi di wilayah tersebut. Akibatnya, hampir 200 warga Palestina dan sekitar 40 warga Israel dilaporkan meninggal dunia.
Atas kondisi ini, Ketua Presidium MER-C Indonesia Dr Sarbini Abdul Murad meminta agar anggota Dewan PBB segera melakukan persidangan. Ia menuntut agar kedamaian di wilayah tersebut segera muncul.
"Kalau kami meminta agar anggota Dewan PBB segera bersidang. Kita, Indonesia, minta agar bersidang dan kalau perlu turunkan pasukan keamanan," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (8/10/2023).
Pasukan yang diturunkan ini fungsinya sebagai penyanggah. Sehingga, mereka bisa memantau gerakan pasukan dari setiap sisi.
Dengan adanya pasukan tersebut, ia juga berharap ke depannya tidak ada lagi serangan lanjutan dari Israel, baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza.
"Permasalahan selanjutnya adalah, apakah Israel mau memberikan kesempatan itu atau nggak. Itu pertanyaannya. Kalau tidak ada penyanggah, mereka bisa semena-mena," lanjut Dr Sarbini.
Ia menyebut jika disiapkan pasukan penyanggah atau perwakilan dari Dewan Keamanan PBB, ada kemungkinan besar perdamaian di wilayah tersebut lebih permanen.
"Serangan ini termasuk tiba-tiba. Sudah tertekan mereka (Palestina). Sudah tidak tahan sekali dan momennya seolah pas kemarin," ujar dia.
Di sisi lain, ia meminta kepada Pemerintah Indonesia agar lebih aktif lagi melobi Mesir, untuk bisa membuka perbatasan. Lobi ini dimaksudkan agar lebih memudahkan dan membuka kesempatan MER-C Indonesia masuk ke wilayah Palestina.
Dr Sarbini mengaku pihaknya mengalami kendala karena tidak mendapat izin. Pemerintah Indonesia dinilai tidak maksimal dalam membantu meyakinkan Mesir agar MER-C bisa masuk ke Gaza, yang dapat memberikan bantuan dan obat-obatan.
"Kita juga memiliki rencana panjang membangun RS poli spesialis di Gaza. Ini kita minta dengan sangat kepada Kemenlu agar bisa menyampaikannya," kata dia.
Akibat dari serangan ini, sebuah mobil operasional ambulans milik MER-C Indonesia dilaporkan rusak parah akibat serangan rudal dari drone Israel. Tidak hanya itu, wisma Indonesia tempat tinggal para relawan pun terdampak meski tidak banyak.
Di sisi lain, seorang staf lokal bernama Abu Romzi yang saat itu berada di dekat ambulans menjadi korban meninggal dunia. Dr Sarbini menyebut ia merupakan sosok yang sangat baik, serta telah bekerja sama dengan MER-C Indonesia sejak 2011.