Sedikitnya 150 Warga Israel Tewas dalam Eskalasi Militer dengan Hamas

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan jumlah korban tewas mencapai 198 orang.

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Sebuah ledakan infrastruktur di Kota Gedera, Israel menyusul serangan roket dari Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.
Rep: Amri Amrullah Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sedikitnya 150 warga Israel telah tewas dalam eskalasi militer yang sedang berlangsung dengan kelompok-kelompok Palestina di Gaza. Dikutip Anadolu Agency, otoritas medis Israel mengatakan hal itu pada hari Sabtu (8/10/2023).

Baca Juga


Sementara itu dikabarkan 1.104 orang lainnya juga terluka. Hal itu berdasarkan dari pernyataan Kementerian Kesehatan Israel, yang dikutip oleh media lokal kemarin.

Surat Kabar Online Times of Israel membenarkan adanya pernyataan dari Kementerian Kesehatan Israel, terkait 1.104 warga Israel yang telah terluka itu. Termasuk puluhan orang yang berada dalam kondisi kritis. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah. 

Namun, pihak berwenang Israel tidak memberikan rincian mengenai jumlah warga Israel yang ditawan. Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel mencapai 198 orang. 

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan roket-roket yang menargetkan situs-situs musuh, bandara, dan instalasi militer.

Kepala Hamas Ismail Haniya mengatakan serangan 'heroik' mereka merupakan respon atas kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Israel dan pemukim ilegal terhadap warga sipil Palestina, serta penyerbuan ke Masjid Al Aqsa.

Tentara Israel, pada gilirannya, mengatakan bahwa mereka memulai Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza, sebuah operasi berskala besar untuk mempertahankan warga sipil Israel dari serangan gabungan.

Badan Intelijen Israel kecolongan ?...

Pakar Timur Tengah, David Khalfa, menilai serangan ini adalah kegagalan besar bagi badan intelijen Israel untuk mengantisipasi ancaman terhadap negaranya. Kegagalan yang bahkan dapat digambarkan sebagai kegagalan bersejarah dan tanpa melebih-lebihkan, dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada tahun 1973.

Israel adalah negara yang selalu dalam keadaan siaga, siap berperang kapan saja. Ia selalu waspada. Jelas bahwa ada ketidaksiapan tertentu, mungkin kesalahan dalam analisis dan estimasi di pihak badan intelijen Israel, tetapi juga dalam persiapan pasukan khusus Israel [untuk serangan seperti ini].

Tampaknya tentara Israel sendiri berada dalam keadaan terkejut. Negara ini berada dalam kabut perang, dan keberhasilan operasi Hamas sebagian besar bergantung pada elemen kejutan, tetapi juga pada manuver-manuver tentara gabungan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler