Hebron, Kota Nabi Ibrahim dan Ajang Utama Konflik Pendatang Yahudi Vs Pemukim Palestina
Hebron tanah persahabatan kini menjadi ajang medan pertikaian Palestina-Israel
Oleh: Rusdian Lubis, Penulis Senior
Inilah kota yang menegangkan: Hebron. Saya kunjungi kota ini untuk menziarahi makam atau petilasan Nabi Ibrahim as dan istrinya Sarah ra, Nabi Ishaq as dan istrinya Ribkah ra.
Hebron adalah kota kecil yang selalu panas secara politis. Bentrokan berdarah antara Yahudi pendatang dan pemukim Palestina sering kali terjadi.
Ironisnya, Hebron berarti persahabatan (friendship)—kota yang dicintai Nabi Ibrahim as. Makam beliau terletak di bagian Palestina dan dijaga oleh tentara Palestina.
Bentrokan masih sering terjadi, yang terbesar tahun 2014 yang memicu pertempuran di Gaza. Tahun-tahun belakangan terbatas pada lempar batu, vandalisme, pencurian di rumah pemukim Yahudi atau aksi demo di jalanan.
Turis tidak diganggu secara fisik, tapi direcoki untuk beli barang mereka. Menjengkelkan.
Sebelum masuk kota Hebron, perbedaan status ekonomi memang telah terlihat. Rumah para pemukim Yahudi tampak lebih mewah dengan pagar dan dijaga check point.
Ada 18 check points yang membatasi gerak dan kehidupan warga Palestina di Hebron yang rata-rata miskin atau menganggur dan kehilangan harapan.
Ini kota yang ekstrem secara politis. Banyak pelaku bom bunuh diri dari radikal Palestina di Hebron, tapi dipihak lain Jewish militant dari Kach Party bahkan teroris Yahudi juga di berpusat di Hebron. Singkatnya, kota ini siap meledak setiap saat.
Untuk mencapai makam Nabi Ibrahim As, kami masuk gang kecil. Mobil parkir di luar. Penjagaan cukup ketat, kami masuk satu persatu melewati turnstiles dan paspor berfoto minta ditunjukkan. Lewat situ masih ada pintu besi di ujung jalan yang melebar.
Sepanjang 100 m jalan batu yang menuju makam, beberapa pemuda tanggung berbadan bagus rata-rata berwajah tampan mengasongkan jualan: gelang plastik Free Palestine, gelang perak, kalung, dan lain-lain.
Sebenarnya mereka cukup sopan dan bersih. Kalau mau pindah ke Indonesia mungkin bisa jadi bintang sinetron. Hanya cara mereka menguntit turis amat mengganggu. Risih.
Makam Nabi Ibrahim As dan beberapa orang lainnya berada di bawah tanah. Hanya semacam jendela sejajar di atas lantai kompleks makam yang merangkap mesjid. Di sana juga ada makam-makam lainnya. Ruangan bawah tanah itu diterangi dengan lampu minyak zaitun, yang diturunkan memakai rantai melewati sebuah lubang.
Nabi Ibrahim as dianggap sebagai Bapak Agama Samawi (Langit) yang monotheistik. Dalam Al Quran ada satu surah khusus: Surah Ibrahim.
Dalam riwayat yang kita kenal, Nabi ini mempunyai istri Siti Hajar (budak wanita Mesir) yang menurunkan Nabi Ismail as—keduanya menetap di Makkah dan menurunkan kabilah Arab serta Nabi Muhammad SAW.
Istri lain, yakni istri pertama: Siti Sarah yang mempunyai anak pada usia tua (98 tahun): Nabi Ishaq (Iskak) yang menurunkan Bani Israil, Nabi Musa as, Nabi Daud as sampai Nabi Isa as. Riwayat Israiliyat menyebutkan bahwa setelah Sarah wafat, Nabi Ibrahim mempunyai istri lagi: Keturah yang menurunkan enam anak.
Yang ironis, keturunan Nabi Ibrahim As yang juga sering disebut Khalilullah (Teman Allah) ini bertikai pangkai dan dampaknya merembet ke tanah para nabi mulai dari Israel, Palestina, Suriah, dan sekitarnya. Dimulai sejak Nabi Yusak as masuk ke Jericho, Canaan/Palestina beberapa abad lalu sampai Hebron sekarang.
Keluar dari makam, kami dibuntuti lagi oleh pemuda tanggung dan anak-anak sampai naik ke mobil: “ One dollar...one dollar”. Saya tak punya dolar, ketika saya berikan uang Rp10.000, mereka menolak, mungkin tahu nilainya tak sampai 1 USD dan terus turun.
Keluar Hebron, saya ingat sanjak pujangga besar kita Amir Hamzah:
Bersemayam sempana di jemala gembala
juriat jelita bapaku iberahim
keturunan intan dua cahaya
pancaran putera berlainan bunda .
Kini kami bertikai pangkai
di antara dua, mana mutiara
jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad.