Cara Kerjanya Berbeda, Ini Ragam Jenis Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan manfaat bagi pasangan suami istri.

Freepik
Ilustrasi rahim perempuan. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pasangan suami istri.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pasangan suami istri atau pasutri. Di sisi lain, pasutri perlu memilih jenis alat kontrasepsi yang tepat agar mendapatkan manfaat optimal.

Baca Juga


Salah satu manfaat dari alat kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan jarak kelahiran yang terlalu dekat. Dengan begitu, angka kematian ibu dan anak diharapkan dapat menurun, menurut Kementerian Kesehatan RI melalui laman resmi mereka.

Tak hanya itu, kehamilan yang terencana dengan baik dapat menunjang proses tumbuh kembang anak. Mengatur jarak atau jumlah kelahiran juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas keluarga, khususnya terkait kehidupan perekonomian keluarga.

Saat ini, ada beragam jenis alat kontrasepsi yang bisa menjadi pilihan bagi pasutri. Setiap jenis kontrasepsi ini memiliki cara kerja dan tingkat kegagalan yang berbeda-beda.

Secara garis besar, beragam jenis kontrasepsi dapat terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kontrasepsi reversible dan permanen. Berikut ini adalah jenis-jenis kontrasepsi tersebut, seperti diungkapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dikutip oleh Republika.co.id melalui laman resminya, Rabu (11/10/2023).

1. IUD (Reversible)

IUD atau intrauterine device merupakan alat kontrasepsi yang ditanamkan di dalam rahim perempuan. IUD LNG bekerja dengan melepas progestin dalam jumlah kecil untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bisa bertahan hingga 3-8 tahun di dalam rahim.

Sedangkan IUD Copper T dilapisi dengan tembaga yang mampu mencegah sperma mencapai sel telur dan bisa bertahan hingga 10 tahun di rahim. Tingkat kegagalan untuk IUD LNG dan IUD Copper T adalah 0,1-0,4 persen dan 0,8 persen.

2. Metode Hormonal (Reversible)

Ada beberapa opsi yang bisa dipilih oleh pasutri bila menginginkan alat kontrasepsi dengan metode hormonal. Salah satunya adalah implan yang mengandung progestin dan ditanamkan pada lengan atas perempuan. Implan ini bisa bertahan lebih dari tiga tahun dengan tingkat kegagalan 0,1 persen.

Jenis lainnya adalah injeksi hormon progestin pada bokong atau lengan setiap tiga bulan oleh dokter. Tingkat kegagalannya dalam mencegah kehamilan adalah 4 persen.

Ada pula kontrasepsi oral kombinasi atau....

 

 

 

 

Ada pula kontrasepsi oral kombinasi atau pil KB kombinasi yang menggabungkan hormon estrogen dan progestin. Obat ini perlu diminum di waktu yang sama setiap hari dan memiliki tingkat kegagalan 7 persen. Obat ini kurang dianjurkan untuk perempuan berusia di atas 35 tahun dan merokok, memiliki riwayat masalah bekuan darah, atau kanker payudara.

Opsi lainnya adalah pil KB progestin yang diresepkan oleh dokter. Obat ini juga perlu dikonsumsi setiap hari dan dapat menjadi pilihan bagi perempuan yang tidak bisa menggunakan obat yang mengandung estrogen. Tingkat kegagalannya adalah 7 persen.

Pilihan lainnya adalah cincin vagina atau hormonal vaginal contraceptive ring. Alat ini bekerja dengan melepas hormon progestin dan estrogen. Alat ini dapat digunakan selama tiga pekan di dalam vagina dan harus dilepas saat perempuan mengalami menstruasi. Umumnya alat kontrasepsi ini memiliki tingkat kegagalan 7 persen.

3. Metode Penghalang (Reversible)

Ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang menggunakan metode penghalang. Salah satunya adalah cervical cap yang dipasang di dalam vagina untuk menutup mulut rahim agar sperma tidak bisa masuk.

Pemilihan ukuran cervical cap perlu dilakukan melalui konsultasi dengan dokter. Alat ini bisa dipakai sebelum melakukan hubungan seksual dan tingkat kegagalannya dalam mencegah kehamilan adalah 17 persen.

Jenis lainnya adalah sponge atau spons kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam vagina. Alat ini bisa bekerja hingga 24 jam dan harus dibiarkan di dalam vagina selama minimal enam jam setelah melakukan hubungan seksual.

Setelah itu, spons kontrasepsi bisa diambil dari vagina dan dibuang. Tingkat kegagalan alat ini adalah 14 persen untuk perempuan yang belum pernah memiliki anak dan 27 persen untuk perempuan yang pernah melahirkan.

Kondom pria juga merupakan salah satu jenis kontrasepsi dengan metode penghalang. Alat ini digunakan oleh pria untuk mencegah kehamilan dan penularan berbagai jenis penyakit menular seksual. Tingkat kegagalan alat ini adalah 13 persen atau lebih tinggi bila kondom berbahan lateks dikombinasikan dengan lubrikan berbasis minyak.

Opsi lainnya adalah kondom perempuan yang berfungsi untuk mencegah sperma masuk ke dalam rahim. Kondom ini bisa dimasukkan ke vagina maksimal delapan jam sebelum berhubungan seksual. Tingkat kegagalannya adalah 21 persen.

Jenis berikutnya adalah spermisida yang memiliki beragam bentuk, mulai dari busa, gel, hingga tablet. Spermisida dimasukkan ke dalam vagina, maksimal satu jam sebelum berhubungan seksual. Setelah itu, biarkan spermisida di dalam vagina selama minimal 6-8 jam. Penggunaan spermisida dapat dikombinasikan dengan kondom pria atau cervical cap. Produk ini memiliki tingkat kegagalan 21 persen.

Masa subur....

4. Masa Subur (Reversible)

Cara merencanakana tau mencegah kehamilan tanpa menggunakan alat apa pun adalah dengan menghitung masa subur. Bila tidak menginginkan kehamilan, hindari hubungan seksual di masa-masa subur. Tingkat kegagalan dengan menghitung masa subur adalah 2-23 persen.

5. Laktasi (Reversible)

Perempuan yang baru melahirkan dan sedang dalam masa menyusui memiliki "kontrasepsi" alami yang dapat mencegah kehamilan. Efek ini biasanya berlangsung maksimal enam bulan pascapersalinan, bila perempuan tersebut memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, serta tidak mengalami periode menstruasi setelah melahirkan. Bila tiga kriteria ini tidak ada, pria atau suami harus menggunakan alat kontrasepsi lain saat melakukan hubungan seksual.

6. Ligasi Tuba atau Tubektomi (Permanen)

Tubektomi adalah prosedur mengikat atau menutup tuba falopi agar sperma dan sel telur tidak bisa bertemu. Metode ini bersifat permanen dan memiliki tingkat kegagalan 0,5 persen.

7. Vasektomi (Permanen)

Vasektomi adalah prosedur untuk mencegah keluarnya sperma saat laki-laki melakukan ejakulasi. Setelah operasi, pasien laki-laki perlu menjalani tes untuk menghitung jumlah sperma dalam air maninya dan untuk memastikan bahwa jumlah sperma yang ada di dalam air maninya adalah nol. Metode ini memiliki tingkat kegagalan 0,15 persen. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler