Warga Gaza Melarikan Diri dari Bahaya Menuju Kematian
Korban sipil yang jatuh kali ini belum pernah terjadi sebelumnya
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk mengintensifkan kampanye militer di Gaza. Pada Rabu (11/10/2023) kemarin dia mengatakan Israel akan memusnahkan Hamas "dari muka bumi".
Gerakan perjuangan pembebasan Palestina, Hamas dan warga setempat mengatakan di salah satu tempat pertama yang terkena serangan balasan Israel, Beit Hanoun, banyak jalan dan bangunan hancur dan ribuan orang mengungsi. Tidak ada jalan keluar bagi keluarga Ala al-Kafarneh.
Pria berusia 31 tahun itu mengatakan ia melarikan diri dari kota itu pada Sabtu (7/10/2023) lalu bersama istrinya yang sedang hamil, ayahnya, saudara laki-laki, sepupu dan mertuanya. Mereka pergi ke Kamp Pengungsian di pesisir pantai, di mana mereka berharap mereka akan lebih aman, tetapi serangan udara mulai menargetkan daerah itu juga sehingga mereka menuju ke Sheikh Radwan, distrik lain yang lebih jauh ke timur.
Ia mengatakan sebuah serangan udara pada Selasa (9/10/2023) malam menghantam bangunan tempat Kafarneh dan keluarganya berlindung, menewaskan mereka semua kecuali dia.
"Kami melarikan diri dari bahaya menuju kematian," kata Kafarneh di luar rumah sakit Shifa di Kota Gaza, dengan luka di kepalanya dan gips yang membalut dari bahu hingga pergelangan tangannya.
Ia duduk di trotoar di dekat ratusan orang lain yang tinggal di tempat terbuka di samping rumah sakit. Beberapa orang mengatakan mereka berharap rumah sakit dapat memberikan mereka perlindungan dari pemboman.
"Saya tunawisma sekarang," kata Youssef Dayer, 45 tahun, yang duduk di tanah dekat rumah sakit. "Mungkin ini aman. Mungkin. Ini adalah tempat sipil yang damai, bukan? Mungkin tidak. Tidak ada tempat yang aman," tambahnya.
Beberapa orang di luar rumah sakit membawa selimut atau selembar karton untuk tidur, sementara yang lain langsung menjatuhkan diri ke tanah. Antrean panjang terjadi untuk menggunakan beberapa toilet di dalam rumah sakit.
PBB mengatakan sejak Sabtu lalu lebih dari 175.000 warga Gaza meninggalkan rumah mereka. Beberapa lembaga bantuan di Gaza mengatakan kondisi ini merupakan yang terburuk yang dapat mereka ingat, bahkan setelah konflik yang berulang kali terjadi dan blokade Israel selama 16 tahun sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di sana pada tahun 2007 setelah perang saudara singkat dengan pasukan yang setia kepada faksi Fatah Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Korban sipil yang jatuh kali ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Hisham Muhanna, juru bicara Komite Palang Merah Internasional di Gaza.
Sistem kesehatan runtuh....
Di rumah sakit lain, dokter Medecins Sans Frontieres, Mohammad Abu Mughaseeb, mengatakan selama bertahun-tahun pasokan medis berkurang. Ia mengatakan dengan semakin intensifnya pengepungan Israel maka persediaan yang menipis akan habis dalam beberapa minggu.
"Jika keadaan terus berlanjut seperti ini selama beberapa hari, sistem kesehatan akan runtuh," katanya setelah tidur di rumah sakit karena rumahnya sendiri rusak akibat ledakan.
Kurangnya listrik memutus sebagian besar pasokan air di Gaza tersebut. Para pria dan anak laki-laki berdiri di dekat salah satu dari sedikit pasokan air di Khan Younis yang memuat tangki-tangki besar ke dalam becak roda tiga, gerobak yang mereka tarik dengan tangan, dan gerobak kecil yang ditarik kuda.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan rumah sakit dan fasilitas medis lainnya yang menggunakan generator bahan bakar diperkirakan akan kehabisan listrik dalam beberapa hari ke depan. Kementerian mengatakan mereka khawatir fasilitas pengolahan limbah juga akan terhenti, yang menyebabkan meningkatnya limbah dan penyakit di seluruh wilayah tersebut.