Ini Beberapa Media Barat yang Sebarkan Hoaks Soal Pemenggalan Bayi Israel

Media Barat menyebarkan berita palsu soal pemenggalan bayi-bayi Israel

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Sejumlah media terkemuka di Inggris, termasuk Daily Mail, The Sun, The Times, dan The Daily Telegraph menyebarkan berita palsu
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Palestina di Indonesia Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) mengatakan sejumlah media terkemuka di Inggris, termasuk Daily Mail, The Sun, The Times, dan The Daily Telegraph menyebarkan berita palsu dan tidak terverifikasi yang menuduh Pejuang Palestina memenggal bayi-bayi Israel.

Direktur YPSP Ahed Abu Al-Atta menegaskan apa yang disebarkan media-media tersebut merupakan kebohongan dan narasi yang sengaja disebarkan oleh Zionis Israel. Ahed menambahkan pejuang Palestina hanya menargetkan sistem militer dan keamanan, yang merupakan sasaran legal dan sah.

“Bukti berupa video, laporan lapangan, puluhan kesaksian, dan dokumentasi fotografi menegaskan bahwa pejuang Palestina menghindari melukai warga sipil dan anak-anak," kata Ahed dalam pernyataan yang Republika terima, Kamis (12/10/2023).

Bukti terbaru mengungkap Ahed adalah pembebasan seorang ibu dan anaknya yang diamankan beberapa hari yang lalu oleh Pejuang Palestina.

“Hingga saat ini, agresi Pendudukan Israel telah membunuh lebih dari 1.200 warga sipil Palestina, termasuk lebih dari 300 anak-anak dan 200 perempuan, sementara 5.600 warga sipil lainnya mengalami luka-luka, termasuk lebih 1.200 anak-anak dan lebih 1.000 perempuan," kata Ahed.

Ahed menambahkan serangan Pendudukan Israel juga membunuh paramedis. “Paramedis yang datang untuk membantu dan mengangkut korban serangan Pendudukan Israel juga ikut menjadi korban serangan Israel," kata Ahed.

Ahed menjelaskan, dalam melancarkan serangannya membunuh warga sipil Palestina di Jalur Gaza, negara pendudukan menggunakan senjata yang dilarang secara internasionaSaat ini, puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua, masih terjebak di bawah reruntuhan ribuan gedung yang hancur.

Tak hanya menyerang penduduk dengan pesawat tempur dan rudal, Pendudukan Israel juga, kata Direktur YPSP, memutus pasokan listrik, air, dan makanan ke warga penduduk, memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah tragis. Keputusan ini mendapat pengecaman tajam di tingkat internasional.

Kejahatan Pendudukan Israel ini, menurut Ahed didukung dan disahkan  undang-undang “kejahatan” Israel yang memungkinkan pembunuhan tawanan, seperti yang dijelaskan dalam Protokol Hannibal.

“Praktik seperti ini sudah terjadi pada bulan Agustus 2014, ketika lebih dari 300 warga sipil Palestina tewas. Saat ini, kebijakan "Tanah Terbakar" (scorched earth policy) kembali digunakan oleh Pendudukan Israel untuk tujuan yang sama," kata Ahed.

Di saat Pendudukan Israel melakukan pembantaian massal terhadap rakyat Palestina, kata Ahed, sangat disayangkan sejumlah negara mengadopsi narasi dusta dan palsu Zionis, dan mengabaikan fakta-fakta yang disaksikan dunia melalui siaran langsung.

YPSP mendesak dunia untuk mengambil tanggung jawabnya mencegah Pendudukan Israel menargetkan warga sipil, serta meminta untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina yang berjuang membebaskan diri dari pendudukan yang paling mengerikan di dunia.

YPSP juga menyerukan agar dunia tidak mengadopsi narasi palsu yang dikeluarkan oleh Pendudukan Israel dan sebaliknya, menjadikan kebenaran sebagai panduan dalam menangani konflik ini. 

Baca Juga


 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler