Film Ice Cold Jessica Wongso Bikin Penonton ‘Debat’, Netflix yang Raup Untung?

Setelah menonton Ice Cold, pendapat publik terbelah.

Antara/Wahyu Putro A
Jessica Wongso, terdakwa kasus pembunuhan Mirna Salihin. Kasus ini diangkat dalam film dokumenter Ice Cold.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso membuka kembali kasus kopi sianida yang melibatkan Jessica Wongso dengan korban Mirna Salihin. Film yang tayang di Netflix ini cukup banyak menyedot perhatian.

Baca Juga


Di media sosial, warganet seolah "berperang". Ada yang membela Jessica, dan ada yang yakin Jessica bersalah. Mengapa film ini begitu heboh di tengah masyarakat?

Pengamat film Hikmat Darmawan membahas pendapatnya tentang film Ice Cold dan pengaruhnya terhadap perdebatan dan minat publik. "Film ini sebetulnya hanya satu bagian dari fenomena naiknya pasar bagi film true crime atau dokudrama yang mengangkat kasus-kasus kejahatan yang telah selesai atau yang masih belum selesai di Netflix,” kata Hikmat kepada Republika.co.id Jumat (13/10/2023).

Hikmat menjelaskan, sejak lama telah ada pembahasan tentang dokumenter di Indonesia, tetapi biasanya lebih fokus pada kenyataan sosial. Namun, Ice Cold menjadi bagian dari tren baru dalam mengangkat kasus kriminal, yang diarahkan untuk memikat penonton dengan sensasionalisme dan kontroversi.

Ketika ditanya tentang dampak film ini terhadap Netflix, Hikmat mengamati bahwa Netflix jelas mendapatkan manfaat dari kontroversi yang dihasilkan oleh film Ice Cold. “Film ini menjadi topik pembicaraan di kalangan warganet, meningkatkan jumlah penonton, dan membuat Netflix semakin populer,” ujar dia.

Dalam konteks peran media dan platform streaming mengangkat kasus lama yang menjadi perdebatan publik, Hikmat mengungkapkan bahwa film ini telah membangkitkan minat publik. Namun, pengaruhnya lebih berasal dari keramaian di media sosial daripada film itu sendiri.

Terlepas dari dampak positif atau negatif yang dapat dilihat dari film Ice Cold, Hikmat menyimpulkan bahwa film ini telah menciptakan kegairahan baru dalam meninjau kembali kasus kontroversial tersebut. Film ini telah memunculkan banyak pertanyaan dan spekulasi yang memotivasi orang untuk mempertanyakan kebenaran yang telah ditetapkan oleh negara.

Hikmat juga mengomentari bahwa film Ice Cold tampaknya lebih fokus pada sensasionalisme daripada jurnalisme yang ketat. Meskipun film ini telah memicu perdebatan kembali tentang kasusnya, apakah film ini membantu mengungkapkan kebenaran atau justru memperkeruh, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Seiring dengan meningkatnya minat publik dan perdebatan seputar film Ice Cold, tampaknya kontroversi ini telah menciptakan sejumlah pertanyaan yang masih perlu dijelaskan lebih lanjut.

“Yang banyak dikutip oleh penonton atau warganet tentang film ini kan, betapa ada orang-orang yang bisa dengan fasih mempertanyakan apakah benar, apakah benar, apakah benar putusan hukum yang sudah ada itu. Jadi, ya jadi kontroversi aja,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler