Pemindahan Paksa Warga Gaza Picu Nakba Kedua

Tentara Israel memerintahkan lebih dari sejuta orang untuk mengungsi dari Gaza Utara

AP Photo/Richard Drew
Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Rep: Dwina Agustin Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan diakhirinya segera agresi Israel dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken di ibu kota Yordania, Amman, pada Jumat (13/10/2023). Dia memperingatkan akan adanya bencana Nakba kedua yang dihadapi warga Palestina setelah tentara Israel memerintahkan lebih dari satu juta orang untuk mengungsi dari Gaza utara.


“Sepenuhnya menolak pemindahan rakyat kami dari Jalur Gaza, karena itu sama saja dengan Nakba kedua bagi rakyat kami,” kata Abbas merujuk pada peristiwa sekitar 760 ribu warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka selama perang 1948 dikutip dari AlArabiyah.

Abbas juga menyerukan, pembukaan koridor kemanusiaan yang mendesak ke Jalur Gaza. Bantuan yang diperlukan untuk mengisi pasokan medis, menyalurkan air, listrik, dan bahan bakar kepada warga Palestina yang menjadi korban.

"Presiden memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di Jalur Gaza akibat terhentinya seluruh layanan kemanusiaan dan terhentinya satu-satunya pembangkit listrik di sana," ujar Abbad dikutip dari kantor berita pemerintah Palestina WAFA.

Abbas menegaskan perlunya menghentikan terorisme pemukim Israel terhadap rakyat di kota-kota, desa-desa dan kamp-kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat.

"Menghentikan serangan ekstremis ke Masjid Al Aqsa, yang menyebabkan situasi semakin meningkat," ujar presiden Palestina itu.

Dalam pertemuan dengan Blinken, Abbas menekankan bahwa keamanan dan perdamaian dapat dicapai dengan memberikan hak sah kepada rakyat Palestina. Dia mendorong solusi dua negara berdasarkan legitimasi internasional, kebebasan, dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina dalam negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler