16 Warga Palestina Tewas di Bunuh Pasukan Israel di Tepi Barat

Unjuk rasa digelar di seluruh kota-kota pendudukan Israel pada Jumat (13/10/2023).

AP/Nasser Nasser
Warga Palestina berjalan melewati rumah yang rusak di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat. ilustrasi
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 16 warga Palestina tewas dibunuh pasukan Israel di Tepi Barat. Kematian ini diumumkan di tengah protes agar Israel berhenti menghujani Jalur Gaza yang diblokade dengan roket.

Baca Juga


Unjuk rasa digelar di seluruh kota-kota pendudukan Israel pada Jumat (13/10/2023). Termasuk di Ramallah, Tulkarem, Nablus dan Hebron. Demonstrasi digelar beberapa jam setelah Israel memerintahkan warga di utara Gaza melakukan evakuasi dari rumah mereka sebelum pasukan Israel menggelar serangan darat.

Dikutip dari Aljazirah, Sabtu (14/10/2023) dilaporkan setidaknya tiga orang tewas di Kota Tulkarem, dan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dibunuh di Beit Furik, dekat Nablus. Media Jerman, DPA melaporkan pemukim dan tentara Israel bentrok dengan pengunjuk rasa Palestina.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya sudah 51 orang tewas di daerah pendudukan Tepi Barat. Pembunuhan ini dilakukan saat ketegangan di Tepi Barat kian memanas.

Israel menggelar serangan udara masif di Gaza dan menggelar serangan darat ke Hamas yang menguasai kantong pemukiman tersebut. Pejuang Hamas menggelar serangan kilat ke selatan Israel pada Sabtu (7/10/2023) akhir pekan lalu. Israel mengklaim serangan mendadak tersebut menewaskan 1.300 orang.

Polisi anti huru-hara Yordania membubarkan pengunjuk pro-Palestina. Demonstran berusaha mencapai perbatasan dengan Tepi Barat yang diblokade total oleh pihak berwenang Israel.

Yordania dan Mesir yang bertetangga dengan daerah pendudukan mengungkapkan kekhawatiran meningkatnya eskalasi dapat berdampak ke negara mereka dan seluruh kawasan. Pada Jumat (13/10/2023) kemarin Kairo menolak permintaan Israel untuk memberikan tempat pada satu juta warga Gaza.

Mesir khawatir dengan masuknya gelombang masif pengungsi ke wilayahnya. Dalam pernyataannya Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan permintaan Israel melanggar hukum humaniter internasional.

"Dan akan membuat hidup lebih dari satu juta warga Palestina dan keluarga mereka berada dalam bahaya jika tetap berada di tempat terbuka tanpa perlindungan," kata kementerian.

PBB mengatakan tidak mungkin melakukan evakuasi skala besar di tengah bombardir Israel. PBB mengatakan hal itu akan menimbulkan "konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan" dan meminta Israel menahan serangan.

Lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada isu hak asasi manusia, Norwegian Refugee Council  memperingatkan permintaan tersebut, "jika tidak ada jaminan keselamatan atau pemulangan, akan dianggap sebagai kejahatan perang berupa pemindahan paksa".

Utusan Israel untuk PBB mengatakan perintah tersebut adalah agar penduduk di Gaza utara "sementara" pindah ke selatan.

Sejak Sabtu lalu kekerasan yang dilakukan pemukim Israel di Tepi Barat juga melonjak. Pada awal pekan ini Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengumumkan kementeriannya membeli 10.000 senapan serbu untuk dibagikan kepada warga Israel, termasuk mereka yang tinggal di permukiman ilegal di Tepi Barat.

Video dari kelompok hak asasi manusia Israel B'Tselem menunjukkan sebuah insiden di mana seorang pemukim Israel menembak seorang pria Palestina di dekat at-Tuwani di dekat Hebron selatan dari jarak dekat, ketika seorang tentara Israel berdiri di dekatnya.

Pada Kamis kemarin seorang pria Palestina dan putranya ditembak dan tewas ketika para pemukim Israel menembaki pemakaman yang sedang berlangsung untuk beberapa orang Palestina yang terbunuh dalam serangan pemukim terpisah pada hari sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler