Peresmian Masjid Laweyan Semarakkan Hari Bermuhammadiyah di Solo

Pengembangan masjid membutuhkan dana hampir mencapai Rp 2 miliar.

Dokumen
Seribuan Jamaah padati hari Bermuhammadiyah di Masjid Nurusy-syifa Laweyan, Solo, Senin (16/10/2023).
Rep: Muhammad Noor Alfian Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ribuan jamaah hadir pada Tablig Akbar Hari Bermuhammadiyah bersama Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, KH Tafsir, sekaligus  peresmian renovasi Masjid Nurusy-syifa' dan kantor Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) serta Pimpinan Ranting 'Aisyiyah (PRA) di halaman Masjid Nurusy-syifa',  Laweyan, Solo.

Tuan rumah peresmian sekaligus Rektor Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) Sofyan Anif menyampaikan  pengajian dihadiri lebih 1,000 jamaah dari kelompok usia muda hingga tua. Doorprize berupa lima sepeda gunung dan 200 MieMu juga dibagikan dalam pengajian Hari Bermuhammadiyah itu.

Sofyan Anif dalam sambutannya teringat ketika pertama kalinya Masjid Nurusy-syifa' dibangun, yaitu pada Juli 1996 silam. "Ketika itu kita berhadapan dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi sekitar Kampung Kagokan ini yang sebelumnya belum ada masjid," katanya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih baik kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Laweyan, para pimpinan UMS, dosen, tenaga pendidik, karena tidak henti-hentinya memberikan dukungan kepada warga Kagokan, baik dalam bentuk semangat ataupun finansial. Karena pengembangan masjid membutuhkan dana hampir mencapai Rp 2 miliar.

"Kami sekaligus juga mengucapkan terima kasih kepada para sivitas akademika UMS yang membantu saya," ungkap Anif.

Dalam tausiyahnya, KH Tafsir menyampaikan keunikan dari Kecamatan Laweyan. "Laweyan itu bagian dari Sunnah Muhammadiyah. Jadi kalau kita baca sejarah, pada 1921 Muhammadiyah boleh keluar Yogyakarta, maka yang kedua setelah Yogyakarta adalah Solo," ungkap Tafsir.

Dan di antara Solo itu adalah Laweyan, lanjut Tafsir. Dikatakan lagi bahwa sunnah adalah kebiasaan atau tradisi. Kalau dalam fikih Islam, maka ada yang namanya Sunnah Madinah, tetapi tidak ada Sunnah Makkah.

"Jadi kalau umat Islam bingung akan memutusi hukum, yang di Quran nggak ada, hadis nggak ada, lihatlah Sunnah Madinah. Walaupun tidak semua ulama setuju, tapi sebagian ulama menyepakati bahwa kalau ingin lihat Islam dipraktikkan lihatlah masyarakat Madinah," terang dia.

Tafsir juga mengingatkan kembali dengan definisi Islam yang didefinisikan oleh Muhammadiyah, yang mana Muhammadiyah adalah kembali pada Alquran dan sunnah, dan Islam diturunkan untuk kebahagiaan umat.

"Agama butuh dirawat, hidayah Allah perlu dirawat, salah satunya pengajian. Sehingga pengajian adalah menambah wawasan, menambah iman, merawat iman bapak-ibu," ungkapnya.

Ditemui setelah mengakhiri tausiyahnya, atas nama PWM Jateng, Kiai Tafsir mengucapkan selamat kepada PCM Laweyan karena melakukan peresmian renovasi Masjid Nurusy-Syifa dan kantor PRM dan PRA Pajang Utara.

"Mudah-mudahan kita mampu, masjid ini makmur memakmurkan. Muhammadiyah makmur karena masjid, maka semoga setelah peresmian ini, masjid ini maksimal memakmurkan masjid dari pihak PCM juga masjid akan membangun peradaban," harapnya.

Di Masjid Nurusy-syifa', pada setiap malamnya diadakan TPA untuk lansia, dan para lansia tersebut diajari tentang tata cara solat, dan membaca Al Fatihah. Sehingga diharapkan setiap hari akan bertambah jamaah masjid yang sadar untuk belajar Islam, kemudian ibadah, aktif di masjid, dan menjadi anggota Muhammadiyah.

Ketua PDM Solo, KH Anwar Sholeh, pada kesempatan tersebut juga berharap agar masjid yang baru diresmikan renovasinya itu, menjadi pusat kegiatan dari PRM dan PRA Pajang Utara.

"Mudah-mudahan Muhammadiyah di daerah Pajang Utara ini semakin berkembang karena terintegrasinya antara masjid dan kantor PRM dan PRA ini menunjukkan nanti seluruh kegiatan daripada PRM dan PRA itu akan dijiwai, dinafasi dan juga akan selalu bermuara di masjid," kata dia.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler