Dampingi Jokowi Ketemu Xi Jinping, Erick Thohir: Cina Penuhi Permintaan 1 Juta Ton Beras

Xi Jinping memastikan mampu menyediakan permintaan beras Indonesia.

Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Pr
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Ad Interim Erick Thohir mendampingi Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping, di Great Hall of the People, Beijing, pada Selasa (17/10/2023).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Ad Interim Erick Thohir mengatakan, stok beras untuk masyarakat masih aman. Hal ini kian diperkuat dengan tambahan pasokan beras dari Cina. 

Baca Juga


"Mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Cina Xi Jinping," ujar Erick melalui akun Instagram, @erickthohir di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Dalam pertemuan tersebut, Erick menyampaikan Jokowi mendorong kerja sama peningkatan perdagangan, seperti perluasan akses pasar produk pertanian dan perikanan Indonesia di Cina. Erick menyampaikan Xi Jinping pun memastikan mampu menyediakan permintaan beras Indonesia.

"Di saat bersamaan, sejalan dengan permintaan Indonesia, Presiden Cina Xi Jinping berkomitmen memenuhi kebutuhan 1 juta ton beras, yang mana 500 ribu ton beras dalam waktu segera, sehingga cadangan stok beras Bulog akan meningkat menjadi 2,5 juta ton," kata Erick. 

Erick menyampaikan forum bisnis Indonesia-Cina di Beijing, Cina, sangat positif dalam meningkatkan investasi di Indonesia. Berdasarkan data, Erick mengatakan pertumbuhan investasi Cina ke Indonesia pada 2013 hanya sekitar 280 juta dolar AS. 

"Sekarang sudah di angka 8,6 miliar dolar AS, artinya ini signifikan," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut. 

Erick menyampaikan Cina juga tengah menikmati kemajuan teknologi. Erick menilai hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mendorong hilirisasi sumber daya alam (SDA) dan kita juga mendorong ekonomi hijau, listrik hijau dan juga teknologi lainnya.

"Kerja samanya ini luar biasa. Tadi disebutkan angkanya 13,7 miliar dolar AS yang di mana itu yang sudah agreement, tapi potensinya itu masih ada lagi 29 miliar dolar AS, artinya hubungan swasta-swasta, BUMN-swasta dan BUMN-BUMN ini juga ini bisa terus ditingkatkan," ucap Menteri BUMN tersebut. 

Erick menyampaikan hal ini selaras dengan arahan Jokowi yang ingin Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok dunia. Jokowi, ucap Erick, tak ingin kekayaan alam Indonesia dikirim dalam bentuk bahan mentah, melainkan sudah melalui proses hilirisasi guna memberikan nilai tambah. 

Dari 31 perusahaan Indonesia, Erick menyebut sembilan di antaranya merupakan BUMN. Erick mencontohkan bagaimana Indonesia Baterai Corporation (IBC) yang bekerja sama dengan CATL dalam pengembangan industri baterai listrik. Kemudian, PLN yang bekerja sama dengan perusahaan listrik Negara Cina dalam menciptakan sistem kelistrikan yang ramah lingkungan serta kemungkinan kerja sama membangun hydropower untuk PLN.

"Hal-hal ini yang saya rasa ini sangat optimistis dan ini sangat positif. Ini menjadi bagian bahwa kita memang harus terus dorong yang namanya pengembangan industrialisasi di Indonesia," kata Erick. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler