Serang Gaza, Israel Dinilai Saudi Langgar Semua Hukum Internasional

Arab Saudi kecam Israel yang menyerang rumah sakit di Gaza Palestina.

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Aksi unjuk rasa membela Palestina.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi mengutuk keras kejahatan keji yang dilakukan pasukan pendudukan Israel. Pasukan zionis ini dilaporkan melakukan penembakan kepada Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza.

Baca Juga


Dari informasi yang beredar, serangan udara tersebut mengakibatkan kematian ratusan warga sipil, termasuk di antaranya adalah anak-anak. Serangan yang mereka lakukan juga menyebabkan orang-orang mengalami luka.

Dilansir di Saudi Gazette pada Rabu (18/10/2023), Kerajaan Arab Saudi dengan tegas menolak serangan brutal ini. Mereka menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran mencolok terhadap semua hukum dan konvensi internasional, termasuk hukum humaniter internasional.

Tidak hanya itu, otoritas Saudi juga menyatakan kemarahannya atas penolakan pendudukan Israel menghentikan serangan yang sedang berlangsung terhadap warga sipil, meskipun ada banyak permintaan internasional.

"Perkembangan yang mengkhawatirkan ini mengharuskan komunitas internasional meninggalkan standar ganda dan selektivitas dalam penerapan hukum humaniter internasional, ketika menyangkut praktik kriminal Israel,” demikian bunyi pernyataan Kerajaan.

Dalam pernyataan tersebut, Saudi juga menyerukan sikap serius dan tegas untuk memberikan perlindungan bagi warga sipil yang tidak bersalah.

Kerajaan menekankan kebutuhan mendesak untuk segera membuka koridor yang aman, menanggapi permintaan dari negara-negara dan organisasi-organisasi, untuk mengirimkan makanan dan obat-obatan kepada warga sipil yang terkepung di Gaza.

Adapun pernyataan ini menyatakan bahwa pasukan pendudukan Israel bertanggung jawab penuh, atas pelanggaran berulang-ulang mereka terhadap semua norma dan hukum internasional.

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Serangan udara Israel yang berlangsung Selasa (17/10/2023) kemarin menewaskan sekitar 500 warga Palestina. Rumah sakit di Kota Gaza tersebut penuh dengan pasien dan pengungsi. 

Otoritas kesehatan di daerah kantong yang terkepung ini menyebut serangan tersebut merupakan insiden paling berdarah di Gaza, sejak Israel melancarkan kampanye pengeboman tanpa henti terhadap wilayah padat penduduk tersebut.

Israel mengklaim apa yang mereka lakukan ini sebagai pembalasan atas serangan mematikan lintas perbatasan Hamas terhadap komunitas Israel selatan, pada 7 Oktober lalu.

Serangan tersebut juga terjadi menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan dukungan bagi negara tersebut dalam perangnya dengan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.

Tidak hanya Kerajaan Saudi, negara-negara Arab, Iran dan Turki dengan cepat mengutuk serangan itu. Perdana Menteri Palestina menyebutnya sebagai kejahatan yang mengerikan dan genosida. Mereka mengatakan negara-negara yang mendukung Israel juga memikul tanggung jawab atas serangan tersebut.

Hamas mengatakan pemboman tersebut sebagian besar menewaskan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman Israel. Di antara korban tewas termasuk pasien, wanita dan anak-anak.

“Ada banyak mayat yang terpotong-potong dan hancur, bermandikan darah,” kata seorang anggota senior Hamas, Izzat El-Reshiq.

Dalam video yang beredar dan diperoleh Reuters, menunjukkan beberapa ambulans dalam kondisi penuh tiba di rumah sakit Gaza lainnya. Mereka membawa orang-orang yang terluka di rumah sakit Al-Ahli Al-Arabi. 

Seorang pria terlihat berjalan dengan terhuyung-huyung, mengeluarkan banyak darah di kepala. Tergambar pula bagaimana seorang anak laki-laki digendong dengan tandu.

 

Militer Israel mengatakan mereka tidak memiliki rincian mengenai laporan pemboman tersebut, tetapi sedang melakukan pengecekan. Mereka sebelumnya menuduh Hamas menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng manusia.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler