Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina
Salah satu bangsa yang kisahnya tersurat dalam Alquran adalah bangsa Saba.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu bangsa yang kisahnya tersurat dalam Alquran adalah bangsa Saba. Kisahnya begitu populer, bahkan Alquran memaparkan bagaimana hubungan salah satu pemimpin negeri Saba yakni Ratu Bilqis dengan nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan di Syam, Palestina.
Allah ta'ala menganugerahkan kepada bangsa Saba kenikmatan berupa negeri yang subur dan makmur . Tetapi seiring waktu, bangsa Saba justru menyekutukan Allah ta'ala. Hingga mereka pun ditimpa azab berupa banjir yang meluluh lantakkan kerajaan itu.
Siapa sesungguhnya bangsa Saba ini?
Saba adalah sebuah negeri di Yaman. Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Qur'an Al Adzim ketika mengawali tafsir surat Saba' ayat 15-17 menjelaskan bahwa Tababi'ah (atau raja-raja Tubba') dan juga ratu Balqis adalah bagian dari negeri Saba'.
Hubungan Ratu Balqis dengan nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan di Syam, Palestina inilah yang kemudian juga kisahnya banyak disebutkan dalam Alquran.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bangsa Saba ini diberikan kenikmatan dan kemakmuran. Bahkan Allah ta'ala juga mengutus rasul ke negeri Saba. Tetapi kaum Saba berpaling dari Allah sehingga ditimpakan kepada mereka hukuman berupa banjir besar.
كانت سبأ ملوك اليمن وأهلها ، وكانت التبابعة منهم، وبلقيس -صاحبة سليمان - منهم. وكانوا في نعمة وغبطة في بلادهم ، وعيشهم واتساع أرزاقهم و زروعهم وثمارهم . وبعث الله إليهم الرسل تأمرهم أن يأكلوا من رزقه ، ويشكروه بتوحيده وعبادته ، فكانوا كذلك ما شاء الله ثم أعرضوا عما أمروا به ، فعوقبوا بإرسال والتفرق في البلاد ايدى سبأ، شذر مذر ،
Artinya: Saba adalah raja-raja Yaman dan rakyatnya, dan Tababi'ah bagian dari Saba, dan ratu Bilqis -sahabatnya nabi Sulaiman - bagian dari Saba. Dan mereka berada dalam kenikmatan dan kemakmuran dalam negeri mereka, dan dalam pencahariannya, hasil panennya dan buah-buahannya. Dan Allah mengutus kepada mereka rasul yang memerintahkan mereka agar memakan rezeki yang diberi Allah dan bersyukur kepadaNya dengan bertauhid dan beribadah kepadaNya. Maka mereka pun seperti itu dalam waktu yang dikehendaki Allah, kemudian mereka berpaling dari perintah tersebut. Maka mereka dihukum dengan dikirimkan banjir besar dan perpecahan di dalam negeri yang kacau. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, cetakan Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi, Saudi, jilid 6 halaman 504).
Tentang negeri Saba ini juga pernah ditanyakan seseorang kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menjelaskan tentang asal usul nama Saba yaitu adalah seorang lelaki yang memiliki 10 anak. Enam anak tinggal di Yaman dan 4 anak tinggal di Syam (Palestina ).
قال الإمام أحمد رحمه الله: حدثنا أبو عبد الرحمن ، حدثنا ابن لهيعة عن عبد الله بن هبيرة ، عن عبد الرحمن بن وعلة قال : سمعت ابن عباس يقول: إن رجلا سأل رسول الله ﷺ عن سبأ: ما هو ؟ رجل أم امرأة أم أرض؟ قال : بل هو رجل ، ولد عشرة ، فسكن اليمن منهم ستة ، وبالشام منهم أربعة ، فأما اليمانيون: فمذحج ، وكندة ، والأزد ، والأشعريين ، وأنمار ، وحمير . وأما الشامية فلخم ، وجذام ، وعاملة ، وغسان.
Artinya:Imam Ahmad berkata Abu Abdurrahman meriwayatkan kepada kami, Ibnu Lahi'ah meriwayatkan kepada kami dari Abdullah bin Habiroh dari Abdur Rahman bin Wa'lah dia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas berkata: sungguh seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang negeri Saba: Apa itu Saba? Seorang lelaki, seorang perempuan atau itu negeri? Rasulullah SAW bersabda: Dia adalah seorang laki-laki yang mempunyai anak 10 orang di antara mereka yang dianggap di Yaman ada enam orang dan yang tinggal di Syam 4 orang. Adapun yang tinggal di Yaman yaitu: Mudzhij, Kindah, Azda, Asy'ariyun, Anmar, dan Himyar. Dan adapun yang tinggal di Syam itu Lkhom, Judzam, Amailah dan Ghassan. ( tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, 504).
Para ulama nasab di antaranya adalah Muhammad bin Ishaq menjelaskan bahwa nama Saba' itu sejatinya adalah Abul Syams bin Yasyjab bin Ya'rib bin Qahthan. Dia dinamakan Saba karena dia orang pertama kali bersaba' (bersumpah) di antara bangsa Arab. Abul Syams bin Yasyjab diberi gelar Ar Ra Isyi karena yang pertama kali menerapkan ghanimah dalam peperangan untuk dibagikan kepada kaumnya.
Tentang nenek moyang kaum Saba yakni Qahthan, banyak pendapat yang berbeda. Ada ahli sejarah yang menyebut bahwa Qahthan adalah keturunan Iram bin Saam bin Nuh. Ada juga yang berpendapat Qahthan keturunan 'Abir atau nabi Hud. Ada pula pendapat yang mengatakan Qahthan itu keturunan Ismail bin Ibrahim Al Khalili. Disebutkan pula bahwa bangsa kaum Saba itu dari Arab Aribah dari keturunan Sam bin Nuh.
Akan tetapi dalam sahih Bukhari dinyatakan bahwa Rasulullah SAW melewati sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang latihan memanah.
Assalam merupakan merupakan kabilah Anshar, sedangkan Anshar dan Aus dan Khazrajnya adalah dari Ghassan dari Arah Yaman dari Saba. Mereka menempati Yatsrib, ketika di dalam negeri Saba porak-poranda di saat Allah mengirim banjir besar dan satu kelompok di antara mereka menempati negeri Syam. Mereka dikatakan Ghassan disebabkan mereka tinggal di sana, dan satu pendapat mengatakan di Yaman.
Dijelaskan bahwa raja-raja Saba membangun bendungan yang kokoh dan besar di antara dua gunung sehingga air melimpah dan mengalir ke perkebunan. Dengan itu mereka pun bisa menanam pohon dan tanaman dengan hasil yang baik. Ahli sejarah menjelaskan bahwa bendungan tersebut berada di Ma'rib kota yang berjarak 3 hari perjalanan dengan Shan'a dan dikenal dengan bendungan Ma'rib.
Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba’. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kebudayaan yang tinggi.
Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara dua buah bukit dan di ujungnya didirikan bangunan yang tinggi untuk mencegah air mengalir sia-sia ke padang pasir.
Mereka membuat pintu-pintu air yang bila dibuka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan Bendungan Ma’rib atau Bendungan al-‘Arim.
Banyak di antara ahli sejarah dan peneliti di barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma’rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada tahun 1843.
Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis. Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya.
Kaum Saba yang mendiami daerah sebelah selatan Yaman. Mereka menempati sebuah lembah yang luas dan subur berkat pengairan yang teratur dari Bendungan Ma’rib. Di kiri dan kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang melimpah ruah.
Kaum Saba pada mulanya menyembah matahari, namun setelah pimpinan kerajaan dipegang Ratu Balqis, mereka menjadi kaum yang beriman dengan mengikuti ajaran yang dibawa Nabi Sulaiman.
Tetapi, lama-kelamaan kaum Saba’ menjadi sombong dan lupa bahwa kemakmuran yang mereka miliki adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan rasul-Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada mereka. Negeri mereka menjadi subur dan makmur berkat karunia Allah Yang Maha Pengampun, melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka.