Australia dan Korea Selatan Kirim Bantuan Rp 100 Miliar untuk Gaza
Australia mengatakan, krisis kemanusiaan di Gaza tetap menjadi perhatian utama.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Australia dan Korea Selatan mengumumkan mereka akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Jalur Gaza, Kamis (19/10/2023).
Sebuah organisasi non-pemerintah Australia Minderoo Foundation telah mengumumkan bantuan sebesar 10 juta dolar Australia atau 6,3 juta dolar AS (Rp 100 miliar) dalam bantuan kemanusiaan di Gaza, termasuk pasokan medis mendesak, air dan nutrisi darurat, dan perlindungan anak.
"Kami telah berkomitmen 10 juta dolar Australia untuk bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak konflik di Gaza," kata Australia Minderoo Foundation dalam sebuah postingan di X.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan krisis kemanusiaan di Gaza tetap menjadi perhatian utama bagi Australia. "Kami menyambut kontribusi Minderoo, menyamai bantuan kemanusiaan Australia sebesar 10 juta dolar Australia untuk warga sipil di Gaza," katanya dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (19/10/2023).
Penny Wong menyinggung serangan Israel yang mengebom Rumah Sakit al-Ahli Arab di Gaza sebagai tidak bermoral dan kejahatan perang. Asosiasi Medis untuk Pencegahan Perang meminta pemerintah Australia untuk menahan semua dukungan politik dari Pemerintah Israel.
Karenanya, mendesak Perdana Menteri Australia Anthony Albanese agar pemerintah berhenti mengekspor senjata apa pun dari Australia ke Israel. Secara terpisah, pemerintah Korea Selatan telah mengumumkan mereka akan memberikan bantuan kemanusiaan sebesar 2 juta dolar (Rp 31,7 miliar) kepada korban sipil konflik bersenjata antara Israel dan Hamas.
Bantuan kemanusiaan akan diberikan melalui organisasi internasional, Yonhap News yang berbasis di Seoul melaporkan, mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri. "Pemerintah kami mengungkapkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya jumlah korban sipil, karena meningkatnya konflik bersenjata antara Israel dan Hamas," kata juru bicara kementerian, Lim Soo-suk.
Konflik di Gaza, di bawah pengeboman dan blokade Israel sejak 7 Oktober, dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa, serangan mendadak. Serangan itu disusul oleh serangan balasan bertubi-tubi oleh tentara Israel, melalui darat, laut, dan udara. Banyak pihak menyebut serangan Hamas sebagai pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel.
Militer Israel kemudian meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap target Hamas di Jalur Gaza. Gaza sedang mengalami krisis kemanusiaan yang mengerikan, tanpa listrik, air, makanan, bahan bakar, dan persediaan medis hampir habis.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk meringankan penderitaan manusia yang epik.
Setidaknya 3.478 orang Palestina telah meninggal dalam serangan Israel di Gaza, sementara dari pihak Israel mencapai 1.400 orang.