INSS: Hizbullah Punya 100 Ribu Pasukan dan 200 Ribu Roket
Ratusan rudal Hizbullah memiliki presisi tinggi dan daya rusak yang sangat tinggi,
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Lembaga riset pertahanan asal Israel, Institute for National Security Studies (INSS) mengungkapkan, kelompok Hizbullah Lebanon memiliki sekitar 200 ribu roket dan 100 ribu anggota yang siap bertempur. Hal itu diungkap ketika militer Israel dan Hizbullah terlibat konfrontasi di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.
“Persenjataan mereka (Hizbullah) yang luas mencakup sekitar 150 hingga 200 ribu roket, bom mortir, dan rudal, yang ratusan rudalnya memiliki presisi tinggi dan daya rusak yang sangat tinggi,” kata INSS dalam laporannya, dikutip laman Al Arabiya, Senin (23/10/2023).
INSS mengungkapkan, Hizbullah memiliki sekitar 40 ribu roket tipe Grad dengan jangkauan pendek 15-20 kilometer, sekitar 80 ribu roket jarak menengah-jauh yang mampu menempuh jarak hingga 100 kilometer, serta sekitar 30 ribu roket dan rudal jarak jauh yang mampu menempuh jarak 200-300 kilometer. Selain itu, Hizbullah memiliki beberapa ratus proyektil Fatah 110, yakni rudal balistik berbahan bakar padat jarak pendek yang dikembangkan dan diproduksi oleh Iran.
Menurut INSS, Fatah 110 membawa sekitar 500 kilogram bahan peledak, dilengkapi dengan mekanisme navigasi berbasis GPS yang tepat dan memiliki akurasi tinggi serta potensi destruktif. Selain itu, INSS menyebut Hizbullah memiliki rudal permukaan ke udara C802 berkualitas tinggi buatan Cina dan Yakhont buatan Rusia. Yakhont adalah rudal anti-tank Kornet canggih yang mampu meluncurkan bom mortir. Hizbullah juga disebut mempunyai rudal antipesawat jenis SA-17 dan SA-22, yang mampu menghantam drone maupun helikopter.
Laporan INSS mengenai kekuatan persenjataan Hizbullah belum diverifikasi secara independen. INSS mengatakan, jumlah pasukan reguler dan cadangan Hizbullah diperkirakan mencapai antara 50 hingga 100 ribu personel.
Evakuasi Penduduk di Sekitar Perbatasan Lebanon
Pada Ahad (22/10/2023) lalu, Pemerintah Israel memutuskan mengevakuasi lagi warganya dari 14 kota di dekat perbatasan Lebanon. Langkah itu diambil menyusul meningkatnya konfrontasi Israel dengan kelompok Hizbullah. Dalam kurun sepekan, Israel telah mengevakuasi 43 kota di dekat perbatasan Lebanon.
Dalam pernyataan bersama pada Ahad lalu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Israel dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan, rencana perluasan evakuasi telah disetujui Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. “Keputusan (evakuasi) tersebut akan dilaksanakan oleh walikota setempat, Kementerian Dalam Negeri, dan Otoritas Manajemen Darurat Nasional yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan,” kata Kemenhan Israel dan IDF.
Pada 16 Oktober 2023, Israel mengumumkan evakuasi warga dar 28 kota di dekat perbatasan Lebanon. Setelah itu, Israel juga memutuskan mengevakuasi warganya yang berada di kota Kiryat Shmona. Dengan demikian, jumlah kota yang dievakuasi menjadi 29.
Pada Sabtu (21/10/2023) pekan lalu, Yoav Gallant mengatakan, kelompok Hizbullah akan menerima konsekuensi besar karena memutuskan ikut dalam pertempuran ketika Israel sedang memerangi Hamas di Jalur Gaza. “Hizbullah memutuskan untuk mengambil bagian dalam pertempuran dan harus membayar mahal,” ujar Gallant kepada Radio Tentara Israel.
Dia menambahkan, saat ini Israel mempersiapkan segala kemungkinan dengan waspada karena ada tantangan lebih besar ke depan. “Tantangannya akan lebih besar, dan Anda perlu memperhitungkannya. Kita harus siap menghadapi situasi apa pun,” kata Gallant ketika mengunjungi pasukan Israel yang ditempatkan di perbatasan Lebanon.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turut melayangkan ancaman serupa kepada Hizbullah. “Jika Hizbullah memutuskan untuk ikut berperang, maka mereka akan melewatkan Perang Lebanon Kedua. Mereka akan membuat kesalahan dalam hidup mereka,” kata Netanyahu ketika mengunjungi pasukan Israel di perbatasan Lebanon pada Ahad lalu.
“Kami akan melumpuhkan mereka dengan kekuatan yang bahkan tidak dapat mereka bayangkan, dan konsekuensinya bagi mereka dan negara Lebanon sangat menghancurkan,” tambah Netanyahu.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, termasuk Arab Saudi, telah meminta warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Kelompok Hizbullah telah melancarkan serangkaian serangan mortir dan roket ke Israel sejak dimulainya pertempuran di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.
Kontak senjata masih berlangsung di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel pada Ahad lalu. Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa tembakan senjata kecil terdengar di sepanjang perbatasan di dekat desa Aitaroun di Lebanon menuju kota Avivim di Israel utara, di mana barak militer utama berada. Israel juga menembaki daerah dekat kota Blida di tenggara Lebanon.
Hingga berita ini ditulis, Hizbullah telah melaporkan kematian 24 anggotanya akibat terlibat konfrontasi dengan Israel. Kendati demikian, Hizbullah telah berjanji meningkatkan serangan jika Israel memulai invasi darat ke Jalur Gaza. Israel pun telah menyatakan akan membalas secara agresif.
Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat. Pada Mei 2000, tentara Israel mengumumkan penarikannya dari sebagian besar wilayah Lebanon selatan setelah dua dekade pendudukan. Namun, Israel masih mempertahankan pendudukannya di wilayah kecil yang diklaim oleh Lebanon. Wilayah tersebut dikenal sebagai Perkebunan Shebaa.
- Hizbullah
- Hizbullah lebanon
- senjata Hizbullah
- pasukan Hizbullah
- kekuatan Hizbullah
- Palestina
- pejuang hamas
- perang hamas dan israel
- perang hamas israel
- perang timur tengah
- hamas serang israel
- palestina israel
- pendudukan israel
- konflik palestina israel
- serangan hamas
- palestina merdeka
- solusi dua negara
- Operasi Badai Al Aqsa
- Operation Al Aqsa Flood
- Operasi Pedang Besi
- Operation Swords of Iron