CEO Web Summit Sebut Israel Melakukan Kejahatan Perang
CEO Web Summit mendapat kritikan keras atas pernyataannya mengenai perang di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- CEO Web Summit, Paddy Cosgrave, mengundurkan diri di tengah reaksi keras atas kritiknya terhadap tindakan militer Israel di Gaza. Komentar Cosgrave yang mempertanyakan kejahatan perang Israel memicu boikot massal dari raksasa teknologi dan tuduhan anti-Semitisme.
Cosgrave adalah ketua eksekutif salah satu konferensi teknologi terbesar di dunia Web Summit. Dia mengutuk retorika para pemimpin Barat mengenai pengeboman Israel di Gaza.
Lebih dari 4.740 orang di Gaza telah dibunuh oleh Israel melalui serangan udara. Sebanyak 1.873 anak-anak, 1.023 wanita, dan 187 orang lanjut usia meninggal dunia dalam serangan tersebut.
“Saya terkejut dengan retorika dan tindakan begitu banyak pemimpin dan pemerintah Barat, dengan pengecualian khususnya pemerintah Irlandia, yang untuk kali ini melakukan hal yang benar. Kejahatan perang adalah kejahatan perang bahkan ketika dilakukan oleh sekutu, dan harus diungkap apa adanya," ujar Cosgrave, dilaporkan Middle East Monitor, Senin (23/10/2023).
Namun, kritik Cosgrave memicu reaksi keras. Mantan eksekutif Facebook, David Marcus menuduh Cosgrave mendukung teroris dan bersumpah untuk tidak lagi menghadiri acara tahunan besar tersebut.
Ketika perusahaan Teknologi Besar lainnya, seperti Google dan Amazon, menarik sponsornya. Kampanye tekanan tersebut berhasil menggulingkan Cosgrave sebagai pendiri Web Summit dari organisasi yang dipimpinnya sejak 2009. Sementara 81 persen kepemilikan sahamnya masih dalam ketidakpastian.
Insiden ini menyoroti bagaimana para pengkritik kebijakan Israel menghadapi pembunuhan karakter, pelecehan dan ancaman terhadap kehidupan mereka. Seruan untuk mematuhi hukum internasional dianggap sebagai promosi terorisme.
Meskipun Cosgrave mengundurkan diri untuk menyelamatkan konferensi tersebut, reputasi pribadinya hancur hanya karena membela prinsip-prinsip hak asasi manusia. Iklim intimidasi dan sensor ini menghambat perdebatan terbuka mengenai perang Israel-Palestina. Hal ini memungkinkan Israel mendapatkan impunitas sambil menjelek-jelekkan perbedaan pendapat.