Seusai Sebut MKH MK Bisa Dibeli, Mahfud Kini Sebut Jimly Berintegritas

Eks ketua MK Jimly sempat geram dengan komentar Mahfud.

Republika/Prayogi.
Menko Polhukam Mahfud MD.
Rep: Erik PP/Nawir Arsyad Akbar Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko Polhukam sekaligus calon wakil presiden (cawapres) PDIP, Mahfud MD, membuat status baru di lini masa X @mohmahfudmd. Dia kini memuji pembentukan Majelis Kehormatan Hakim Mahkamah Konstitusi (MKH MK) untuk memeriksa Ketua MK Anwar Usman.

Anwar dilaporkan terkait putusan aturan calon presiden (capres)-cawapres berusia minimal 40 tahun atau bisa di bawahnya asalkan pernah menjadi kepala daerah. Putusan kontroversial itu ditindaklanjuti MK dengan membentuk MKH.

Baca Juga



Kali ini, Mahfud yang juga mantan ketua MK memuji tiga orang yang ditunjuk sebagai MKH. Apalagi, ketiga orang itu merupakan eks hakim MK dan pakar hukum terkemuka.

"Kita sambut gembira, hari ini kita mendengar bahwa Majelis Kehormatan Hakim (MKH) terkait pengaduan dugaan pelanggaran etik hakim MK sudah ditunjuk. Yakni Jimly Asshiddiqie, Bintan Saragih, Wahiduddin Adam. Saya kenal baik ketiganya sebagai orang-orang yang berintegritas, tak bisa didikte. Selamat," kata Mahfud dikutip Republika.co.id di Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Sebelumnya, Mahfud menilai, kini sedang dibentuk MKH untuk merespons sejumlah laporan masyarakat terhadap para hakim MK. Meski begitu, Mahfud meminta publik tak terlalu optimistis dengan Majelis Kehormatan Hakim tersebut. Pasalnya, terkadang mereka juga dapat dibeli dan direkayasa.

"Ya jangan terlalu optimis juga, karena kadang kala siapa yang akan menjadi majelis itu terkadang bisa dibeli juga, bisa direkayasa juga. Kamu yang jadi, kamu yang jadi, kamu yang jadi," ujar Mahfud di M Bloc Space, Jakarta Selatan, Senin (23/10/2023).

Gara-gara komentar itu, Jimly yang merupakan eks ketua MK geram dengan ucapan Mahfud. Dia seperti tidak percaya jika Mahfud berbicara seperti seorang komentator.

"Ya Allah, apa benar ini komentarnya? Sebaiknya diklarifikasi dulu. Kalau benar ini sangat kasihan, tidak beradab. Sangat tidak pantas masih terus saja jadi pengamat dan komentator. Padahal sudah diberi amanat untuk kerja sebagai Menko, apalagi mau jadi wapres. Mudah-mudahan ini salah kutip," ucapnya lewat akun X @JimlyAs

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler