Rahasia Sehat Perempuan Tertua di Dunia, Ternyata Sederhana Saja
Perempuan tertua di dunia punya kunci tetap sehat yang menarik perhatian ilmuwan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Perempuan tertua di dunia, Maria Branyas, saat ini sudah berusia 116 tahun. Namun tak seperti kebanyakan lansia, hingga saat ini Branyas tidak memiliki masalah kesehatan yang signifikan.
Perempuan yang dijuluki sebagai "Nenek Super" ini hanya memiliki dua keluhan di usianya yang sangat lanjut. Kedua keluhan tersebut adalah masalah pendengaran dan keterbatasan gerak.
Terlepas dari kedua keluhan itu, Branyas bisa dikatakan memiliki kondisi kesehatan yang prima. Dia bahkan tak memiliki masalah kesehatan kardiovaskular yang biasanya cukup umum ditemukan pada lansia.
Yang tak kalah menakjubkan, Braynas juga memiliki ingatan yang sangat kuat. Dia bisa dengan mudah menceritakan beragam kisah yang dia alami ketika masih berusia empat tahun.
Dalam sebuah kesempatan, Branyas sempat membagikan beberapa rahasia yang dapat membuatnya tetap sehat di usia tua. Salah satu di antaranya adalah menjauhi orang-orang yang toxic.
Rahasia lain yang dibagikan oleh Branyas adalah, dia selalu menghindari apa pun yang berlebihan. Dia juga memiliki kebiasaan mengonsumsi yoghurt alami setiap hari.
"Saya selalu makan dalam porsi kecil, tetapi memakan semua (jenis makanan), dan saya tidak pernah mengikuti aturan hidup apa pun," ungkap Branyas, seperti dilansir The Sun pada Selasa (24/10/23).
Sepanjang hidupnya, Branyas mengungkapkan bahwa dia tidak pernah terkena penyakit. Dia bahkan tidak pernah masuk ke ruang operasi.
Menurut Branyas, beberapa kunci penting untuk berumur panjang adalah keteraturan hidup, ketenangan, dan hubungan yang baik dengan keluarga serta sahabat. Branyas juga menyoroti pentingnya kontak dengan alam, stabilitas emosional, serta hal-hal positif untuk mencapai umur yang panjang dengan sehat.
Branyas tak menampik bahwa "keberuntungan" juga memegang andil terhadap kondisinya yang prima di umur yang sangat lanjut. Keberuntungan yang dimaksud oleh Branyas adalah faktor genetik.
Kondisi Branyas yang prima di usia 116 tahun membuat sekelompok peneliti tergelitik untuk meneliti sampel DNA dari perempuan tersebut. Dengan mempelajari sampel DNA Branyas, tim peneliti berharap mereka bisa menemukan rahasia awet muda dan kunci untuk mengembangkan obat penyembuh penyakit.
"Jelas ada komponen genetik yang berperan karena ada beberapa anggota keluarganya juga mencapai usia di atas 90 tahun," ujar peneliti asal Spanyol, Dr Manel Esteller.
Saat ini, Dr Esteller dan timnya sudah mengambil sampel DNA dari Branyas. Melalui studi tersebut, mereka akan menganalisis enam miliar segmen dari DNA Branyas. Dalam analisis tersebut, tim peneliti akan berfokus pada 200 gen yang diketahui berkaitan langsung dengan penuaan.
Selain menganalisis sampel DNA dari Branyas, tim peneliti juga akan menganalisis sampel DNA dari salah satu anak Branyas yang kini berusia 79 tahun. Nantinya, tim peneliti akan membandingkan hasil analisis DNA Branyas dengan hasil analisis DNA anaknya.
Dr Esteller berharap studi ini dapat membantu mereka mengembangkan obat yang bisa mengatasi beberapa masalah kesehatan terkait dengan usia tua, seperti penyakit neurodegeneratif dan penyakit kardiovaskular. Tim peneliti juga berharap mereka bisa mendapatkan petunjuk untuk mengembangkan obat kanker melalui studi tersebut. "Jelas bahwa dia (Branyas) merupakan seseorang dengan kapasitas resiliensi yang luar biasa," ujar Dr Esteller.
Terkait umur panjang, sekelompok tim peneliti telah menemukan sembilan perilaku umum yang kerap dipraktikkan oleh penduduk di Zona Biru. Zona Biru merupakan istilah untuk wilayah yang memiliki penduduk dengan rerata usia lebih panjang dibandingkan rata-rata.
Kesembilan perilaku yang dikenal dengan nama "Power Nine" tersebut terdiri dari beberapa kategori. Sebagian di antaranya adalah beraktivitas fisik secara alami, memiliki tujuan hidup, membatasi pemicu stres, dan berhenti makan sebelum kenyang.