Pakar: Pasukan Israel akan Sulit Hancurkan Terowongan Hamas di Gaza

Israel memberikan julukan terowongan Hamas sebagai "Metro Gaza"

AP/Adel Hana
Seorang aktor berpakaian sebagai militan Hamas merangkak keluar dari terowongan saat kru dari saluran satelit al-Aqsa yang dikelola Hamas syuting untuk serial 30 episode, berjudul Fist of the Free, di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, Kamis , 3 Februari 2022.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel sulit memperkirakan besarnya terowongan yang dibangun Hamas di Jalur Gaza. Israel memberikan julukan terowongan Hamas sebagai "Metro Gaza" karena diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 kilometer dan lebar 10 kilometer.

"Bayangkan Jalur Gaza sebagai satu lapisan untuk warga sipil dan kemudian lapisan lain untuk Hamas. Kami mencoba untuk mencapai lapisan kedua yang telah dibangun Hamas,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dilansir BBC.

Menyusul konflik pada 2021, IDF mengeklaim telah menghancurkan lebih dari 100 kilometer terowongan Hamas dalam serangan udara.  Sementara itu Hamas mengeklaim, serangan udara Israel hanya merusak 5 persen bangunan terowongan yang membentang sepanjang 500 kilometer. Sebagai gambaran, London Underground memiliki panjang 400 kilometer dan sebagian besar berada di atas tanah.

Pembangunan terowongan dimulai di Gaza sebelum Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada 2005. Pembangunan terowongan meningkat setelah Hamas menguasai Jalur Gaza dua tahun kemudian, yang mendorong Israel dan Mesir untuk mulai membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar demi alasan keamanan.

Pada puncaknya, hampir 2.500 terowongan yang berada di bawah perbatasan Mesir digunakan untuk menyelundupkan barang-barang komersial, bahan bakar, dan senjata oleh Hamas dan kelompok perlawanan lainnya. Penyelundupan menjadi kurang penting bagi Gaza setelah 2010, ketika Israel mulai mengizinkan lebih banyak barang diimpor melalui penyeberangannya.  Mesir kemudian menghentikan penyelundupan dengan membanjiri atau menghancurkan terowongan.

Hamas dan faksi lainnya juga mulai menggali terowongan untuk menyerang pasukan Israel.
Pada 2006, militan menggunakan satu tentara yang berada di bawah perbatasan dengan Israel untuk membunuh dua tentara Israel dan menangkap seorang peajurit Gilad Shalit, yang mereka sandera selama lima tahun.

Pada 2013, IDF menemukan terowongan sepanjang 1,6 kilometer dan kedalaman 18 meter yang dilapisi dengan atap dan dinding beton yang mengarah dari Jalur Gaza ke dekat kibbutz Israel. Terowongan ini ditemukan setelah penduduk mendengar suara-suara aneh.

Tahun berikutnya, Israel menyebutkan perlunya memberantas ancaman serangan kelompok perlawanan Palestina dengan menggunakan “terowongan teror” di bawah perbatasan untuk serangan besar-besaran baik udara maupun darat di Gaza. IDF mengatakan, pasukannya menghancurkan lebih dari 30 terowongan selama perang.  Namun pada saat yang sama kelompok perlawanan dapat menggunakan salah satu terowongan untuk melancarkan serangan yang menewaskan empat tentara Israel.

“Terowongan lintas batas ini cenderung sederhana, artinya hampir tidak ada benteng pertahanan. Terowongan ini digali untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menyerang wilayah Israel,” kata Dr Daphné Richemond-Barak, pakar perang bawah tanah yang mengajar di Universitas Reichman  di Israel.

“Terowongan di dalam Gaza berbeda karena Hamas menggunakannya secara rutin. Terowongan ini mungkin lebih nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Terowongan tersebut pastinya diperlengkapi untuk kehadiran yang lebih lama dan berkelanjutan," kata Richemond-Barak.

Richemond-Barak mengatakan, para pemimpin kelompok perlawanan Palestina bersembunyi di terowongan. Mereka memiliki pusat komando dan kendali. Mereka menggunakan terowongan untuk transportasi dan jalur komunikasi. Bahkan terowongan itu dilengkapi dengan listrik, penerangan, dan rel kereta api.

Richemond-Barak mengatakan, Hamas tampaknya telah menyempurnakan pembangunan terowongan dalam beberapa tahun terakhir, setelah belajar banyak dengan mengamati taktik pejuang pemberontak Suriah di Aleppo dan militan jihad dari kelompok ISIS di Mosul.

Terowongan di dalam Gaza diyakini berada 30 meter (100 kaki) di bawah permukaan tanah dan memiliki pintu masuk yang terletak di lantai bawah rumah, masjid, sekolah, dan bangunan umum lainnya untuk memungkinkan pejuang menghindari deteksi. IDF menuduh Hamas mengalihkan bantuan senilai jutaan dolar yang diberikan ke Gaza untuk membangun terowongan. IDF juga menuding Hamas menggunakan puluhan ribu ton semen untuk membangun terowongan. Semen itu dimaksudkan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam perang sebelumnya.

Ada kemungkinan bahwa terowongan lintas batas digunakan oleh militan Hamas dalam serangan pada 7 Oktober 2023. Ada laporan bahwa pintu keluar terowongan ditemukan di dekat kibbutz Kfar Aza.

Jika hal tersebut benar, maka terowongan itu dibangun di bawah penghalang beton bawah tanah Israel yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi anti-terowongan canggih. Penghalang ini selesai dipasang oleh Israel pada akhir 2021. Richemond-Barak menekankan, tidak ada sistem deteksi terowongan yang dapat mengatasi masalah ini. 

"Inilah sebabnya terowongan telah digunakan sejak dahulu kala dalam perang, karena tidak ada cara untuk mencegahnya," ujar Richemond-Barak.

Baca Juga


IDF tidak dapat menghancurkan seluruh jaringan terowongan Hamas....



 

Richemond-Barak  juga memperingatkan, tidak realistis bagi pemerintah Israel dan masyarakat umum untuk percaya bahwa IDF dapat menghancurkan seluruh jaringan terowongan Hamas di Gaza. "Akan ada bagian dari jaringan di mana warga sipil, apa pun alasannya, tidak akan mengungsi. Beberapa bagian dari jaringan bawah tanah tidak diketahui. Dan bagi beberapa di antaranya, dampak kerusakannya akan terlalu tinggi," ujar Richemond-Barak.

Richemond-Barak memperingatkan, menghancurkan terowongan juga akan mengakibatkan banyak korban jiwa bagi pasukan Israel di lapangan, warga sipil Palestina, dan para sandera. Selama konflik pada 2021, serangkaian serangan udara dahsyat di Kota Gaza menyebabkan tiga bangunan tempat tinggal runtuh dan menewaskan 42 orang. 

IDF mengatakan, mereka menargetkan terowongan bawah tanah, namun ketika terowongan tersebut runtuh, fondasi bangunan juga ikut runtuh. Jaringan terowongan juga akan menghilangkan keunggulan yang dimiliki IDF dalam hal teknologi dan intelijen, sehingga memperbesar kesulitan perang perkotaan, dan menimbulkan ancaman mematikan bagi pasukan Israel.

“Pertama-tama, Hamas punya banyak waktu untuk memasang jebakan pada seluruh jaringan. Mereka bisa saja membiarkan tentara masuk ke dalam jaringan terowongan dan akhirnya meledakkan semuanya," ujar Richemond-Barak.

“Mereka bisa menculik (tentara dalam serangan mendadak). Dan kemudian Anda menghadapi risiko lainnya, kehabisan oksigen, melawan musuh dalam pertarungan satu lawan satu, dan menyelamatkan tentara yang terluka menjadi hal yang hampir mustahil," kata Richemond-Barak.

Namun, pasukan Israel memiliki beberapa cara untuk mengurangi risiko tersebut. Menurut Direktur penelitian di konsultan keamanan Soufan Group, Colin Clarke, Hamas dapat mengirimkan drone dan kendaraan tak berawak ke dalam terowongan untuk memetakannya dan mengidentifikasi jebakan sebelum tentara membersihkannya. Pesawat tempur juga bisa menjatuhkan bom penghancur bunker, yang menembus jauh ke dalam tanah sebelum meledak.  Namun, hal tersebut akan menimbulkan risiko kerusakan tambahan karena padatnya medan perkotaan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler