Naskah Khutbah Jumat: Meneladan Rasulullah dalam Berbangsa dan Bernegara

Rasulullah SAW adalah contoh utama dalam berbagai aspek kehidupan.

republika
Ilustrasi.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meneladan Rasulullah SAW dalam berbangsa dan bernegara adalah suatu prinsip yang banyak dipegang oleh umat Islam sebagai panduan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan berpolitik.

Rasulullah SAW adalah contoh utama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks berbangsa dan bernegara. Berikut adalah contoh khutbah Jumat yang bisa disampaikan untuk meneladani Rasulullah.

Materi ini dikutip dari khutbah yang disampaikan KH Muammar Bakry di Masjid Istiqlal pada 2021 lalu. Sebagaimana dilansir dari Mimbar Jum’at yang diterbitkan Masjid Istiqlal, khutbah Jumat ini diberi judul “Meneladani Rasulullah SAW Dalam Berbangsa dan Bernegara”.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى :  لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Awal tahun 620 M, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu enam orang Yastrib dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Makkah. Ajakan Nabi kepada mereka untuk memeluk Islam disambut baik, bahkan disahkan dalam satu Perjanjian Aqabah.

Baca Juga


Isi perjanjiannya: “Tidak akan mempersekutukan Allah subhanahu wata'ala. Tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Tidak akan saling memfitnah dan tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Selanjutnya, pada tahun 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud mengadakan Perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berhijrah ke Yatsrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam didampingi pamannya, Sayyidina Hamzah.

Dua perjanjian tersebut menginspirasi...

Dua perjanjian tersebut menginspirasi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berdakwah ke Yatsrib. Lalu beliau perintahkan kepada para sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib secara sembunyi-sembunyi. Sementara, Nabi sendiri dan beberapa sahabat lainnya masih tinggal di Makah seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dan lain lain, sambil menunggu turunnya ayat untuk berhijrah.

Senin, 22 September 622 M menjadi hari yang bersejarah bagi dakwah Islamiyah. Rasulullah tiba di Yastrib setelah menempuh perjalanan berpuluh hari dari Makah.

Masyarakat Yastrib menyambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh suka cita. Yastrib yang dihuni masyarakat dengan aneka suku, etnis, bahkan agama, kerap kali menjadi pemicu peperangan antar mereka. Maka, kedatangan Rasulullah di Yastrib bagai “Juru Selamat” pemersatu di antara mereka.

Sejarah membuktikan, ternyata Rasulullah berhasil membangun Yastrib sebagai kota peradaban yang aman, tenteram, toleran, adil dan makmur. Inilah kemudian Yastrib berubah nama menjadi Madinah al-Munawwarah.

Setidaknya ada tiga hal yang mendasar dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan (center of activities).

Masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat. Kedua, membangun persaudaraan antar sesama muslim (ukhuwah islamiyah). Solidaritas, soliditas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam berhasil ditanamkan bagi pribadi muslim, bahwa persaudaraan bukan saja didasarkan pada nasab, tapi juga aqidah islamiyah.

Ketiga, membangun persaudaraan antar umat (ukhuwah wathaniyah). Untuk dapat memahami kondisi dan situasi sosial di Madinah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian melakukan sensus penduduk Madinah. Hasil dari sensus tersebut ditemukan bahwa dari 10.000 penduduk Madinah, penduduk muslim hanya 1.500 jiwa, sementara orang yahudi ada 4.000 jiwa dan 4.500 jiwa lainnya masih menganut paganisme (musyrikin).

Setelah melakukan sensus, Nabi...

Setelah melakukan sensus, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mempertemukan tiga entitas masyarakat Madinah, yakni Muslim, Yahudi, dan Musyrikin. Kaum Muslim terdiri dari kaum Muhajrin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin terdiri dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

Sementara Kaum Anshar terdiri dari Bani Aus dan Bani Khazraj. Kemudian Kaum Yahudi terdiri dari Bani Qaynuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Berdasarkan kondisi ini maka masyarakat Madinah pada saat itu adalah komunitas yang pluralistik.

Di sinilah sisi kecerdasan Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menghadirkan konsep berbangsa dan bernegara untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Visi besar ini kemudian mendorong Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyusun sebuah dokumen yang disebut Mitsaq al-Madinah, Piagam Madinah (Constitution of Medina). Piagam ini menjadi titik temu (kalimatun sawa’), untuk menjadi dasar hukum bagi kehidupan bermasyarakat di Madinah.

Piagam Madinah disusun bukan hanya dari pemikiran Nabi Muhammad saja, tetapi meliputi gagasan-gagasan dari semua tokoh stakeholder dalam masyarakat Madinah. Piagam Madinah disusun berdasarkan konsensus bersama seluruh komponen masyarakat. Ahli hukum Islam Inggris berdarah India Muhammad Hamidullah, menyebut Piagam Madinah sebagai konstitusi demokratis modern pertama di dunia.

Hadirin rahimakumullah

Ini potongan dari Piagam Madinah yang sangat prestisius:

“Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka”.

Hal yang menarik dari petikan Piagam Madinah yang sangat prestisius adalah menyebutkan “Ummah Wahidah” yang bisa bermakna Bangsa ataupun Negara. Menggabungkan diri dalam satu komitmen dan kesepakatan lalu diikat dengan perjuangan bersama, tanpa melihat latar belakang agama dan suku.

Dapat dipastikan bahwa Piagam Madinah...

Dapat dipastikan bahwa Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengandung di dalamnya nilai-nilai demokrasi yang Islami yakni persamaan, kebebasan, hak asasi manusia, musyawarah dan toleransi.

Jamaah rahimakumullah

Apa yang dilakukan oleh founding father kita mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara adalah ijtihad yang sangat tepat sebagai analogi dari Piagam Madinah yang dibentuk oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah dan nilai keadilan adalah semangat dari Piagam Madinah yang sangat monumental.

Walhasil, mari kita renungkan pesan Nabi dalam memimpin suatu bangsa dan negara: “Dari Abi Zar, saya berkata kepada Rasulullah, apakah Baginda bisa memanfaatkan saya pada satu jabatan? Rasulullah menepuk pundakku dan berkata, wahai Abu Zar engkau lemah dan jabatan itu adalah amanah, pada hari kiamat adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali yang menjalankannya dengan baik dan benar”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang hari Kiamat, apabila amanah tidak dijalankan maka tunggulah kiamat.

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَدِّالْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamanatkannya kepada kamu, dan jangan kamu berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ    اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler