Kemenag Komitmen Siapkan Petugas Kloter Profesional dan Moderat

Kemenag akan menghadirkan layanan haji terbaik.

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Ilustrasi haji.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) memiliki komitmen menyiapkan petugas haji dengan performa yang baik dan profesional. Hal ini utamanya dalam melayani jamaah haji 2024.

Baca Juga


Komitmen tersebut ditegaskan Direktur Bina Haji pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU), Arsad Hidayat. Ia menyampaikan hal tersebut dalam Mudzakarah Perhajian Indonesia tekait Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Tahun 2023 di Yogyakarta.

“Pak Menteri Agama berkomitmen betul kalau ada petugas tidak profesional dan performanya tidak baik akan dipulangkan baik itu petugas kloter maupun non kloter,” kata Arsad Hidayat, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (26/10/2023).

Untuk menjadikan petugas haji kloter yang berperforma baik dan profesional, lanjut Arsyad, dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) petugas haji kloter nantinya tidak lagi langsung terintegrasi. Melainkan pola yang digunakan sama seperti Bimtek non kloter atau Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.

“Bimtek petugas kloter nantinya akan diawali Bimtek Tusi terlebih dahulu baru Bimtek Terintegrasi,” lanjut dia. Ia pun menyebut ketua kelompok terbang (kloter), pembimbing ibadah kloter atau dokter kloter tidak tahu apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya (tusi).

Menurut Arsad, ketua kloter dan pembimbing kloter harus tahu apa yang harus dilakukan. Hal ini berlaku sejak mereka berangkat menuju ke Tanah Suci, hingga nanti kembali lagi ke Tanah Air.

Ia juga menyampaikan, ketua kloter nantinya adalah orang-orang yang betul-betul memiliki kepemimpinan (leadership) yang bagus, menguasai permasalahan dan keadaan di kloternya. Jangan sampai ketua kloter tidak mengetahui keadaan anggota kelompoknya.

Untuk pembimbing ibadah kloter, Arsad menyampaikan nantinya akan ada syarat tambahan. Syarat yang dimaksud adalah memiliki cara berpikir atau mindset dan pemahaman manasik yang moderat.

“Jangan nanti dipilih pembimbing ibadah kloter yang punya pemahaman yang tidak moderat, apalagi sampai berlebih-lebihan. Jangan sampai ditanya ini tidak tahu, ditanya itu tidak tahu, yang akhirnya kembali lagi kepada konsultan ibadah,” kata Arsad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler