Setelah AS, Kini Israel Ragukan Data Kematian Warga Palestina di Jalur Gaza

Terdapat 7.028 nama dalam daftar setebal 212 halaman yang jadi korban Israel

Gambar satelit ©2023 Maxar Technologies via A
Kondisi di lingkungan Izbat Beit Hanoun, Gaza utara setelah serangan udara Israel, pada 21 Oktober 2023.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel meragukan keakuratan jumlah kematian warga Palestina yang dirilis Kementerian Kesehatan di Gaza akibat agresinya ke wilayah tersebut. Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah terlebih dulu menyuarakan keraguannya atas data korban di Gaza.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al Arabiya, Kamis (26/10/2023), juru bicara (jubir) perdana menteri Israel untuk media Arab, Ofir Gendelman, meminta media-media Arab, termasuk Barat, agar tidak lekas mempercayai angka-angka yang dirilis Hamas.

“Dari mana datanya berasal? Itu dari Kementerian Kesehatan yang menerima perintah dari Kementerian Informasi Hamas dan jubir teroris Hamas. Tidak ada data independen,” ujar Gendelman mengomentari jumlah korban yang terbunuh akibat agresi Israel ke Gaza.

Baca Juga




Ketika ditanya apakah menurutnya jumlah korban tewas yang dipublikasikan oleh organisasi internasional atau PBB akurat, dia mengatakan semua organisasi di Gaza tunduk pada perintah Hamas. “Mereka takut pada Hamas. Dalam beberapa kasus, tim tersebut adalah warga Palestina yang tergabung dalam Hamas,” ucap Gendelman.

Di tengah wawancara, Al Arabiya menerima laporan bahwa Kementerian Kesehatan di Gaza telah merilis dokumen berisi daftar nama warga Gaza, lengkap dengan jenis kelamin, usia, dan nomor kependudukan, yang tewas akibat serangan Israel. Terdapat 7.028 nama dalam daftar setebal 212 halaman tersebut.

Al Arabiya kemudian menyampaikan informasi tersebut kepada Gendelman. “Ini adalah daftar nama dan nomor identitas, tapi di mana mayat-mayatnya? Di mana buktinya? Kami dapat memberi Anda 10 ribu nama dan 100 ribu nama, tetapi ini tidak membuktikan mereka dibunuh,” ujar Gendelman merespons penerbitan daftar nama korban terbunuh tersebut.

Gendelman kemudian menuduh Hamas terus berbohong ketika ditanya tentang penolakan Israel atas keraguan mengenai klaimnya bahwa 1.400 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas. “Hamas berbohong. Hamas mengarang fakta untuk mendukung ceritanya,” ucapnya.

Ketika diberitahu bahwa Otoritas Palestina dan Hamas menuduh Israel melakukan hal yang sama, Gendelman menuding keduanya mengarang fakta dan mempertanyakan kredibilitas mereka. “Otoritas Palestina tidak memiliki kredibilitas. Hamas membesar-besarkan jumlah korban dan mengatakan semua korban tewas adalah warga sipil,” kata Gendelman.

“Berapa banyak teroris yang terbunuh? Apakah Hamas mengakui ada terorisnya yang dibunuh? Tidak, karena mereka berusaha menggambarkan semua korban jiwa sebagai warga sipil yang tidak bersalah,” tambah Gendelman.

Harga perang....



Terkait jumlah warga terbunuh di Jalur Gaza akibat serangan Israel, sebelumnya Presiden AS Joe Biden juga menyuarakan keraguannya atas data yang dirilis Kementerian Kesehatan di Gaza. Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu (25/10/2023) lalu, seorang jurnalis bertanya kepada Biden, dengan jumlah kematian yang hari itu telah melampaui 6.500 jiwa, termasuk di dalamnya sekitar 2.700 anak-anak, apakah hal tersebut menunjukkan Israel mengabaikan seruan AS agar meminimalisasi kematian warga sipil dalam serangan udaranya ke Gaza.

“Saya tidak berpikir Palestina mengatakan yang sebenarnya mengenai berapa banyak orang yang terbunuh. Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh, dan ini adalah harga dari perang,” ujar Biden merespons pertanyaan tersebut.



“Saya pikir Israel harus sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa mereka fokus mengejar orang-orang yang menyebarkan perang melawan Israel. Dan itu bertentangan dengan kepentingan mereka jika hal itu tidak terjadi. Tapi saya tidak yakin dengan angka (korban) yang digunakan oleh Palestina,” tambah Biden.

Biden tak menjelaskan mengapa dia skeptis terhadap Palestina. Data tentang jumlah korban yang dirilis Kementerian Kesehatan di Gaza secara konsisten diandalkan oleh banyak organisasi media, kelompok hak asasi manusia, dan PBB. Hal itu karena data tersebut akurat dalam konflik-konflik yang terjadi sebelumnya. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler