Kinerja Keuangan Syariah Nasional Terus Menguat

Pertumbuhan market share perbankan syariah juga menunjukan peningkatan.

Republika/Prayogi
Pengunjung mengamati produk-produk dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023). Pelaksanaan ISEF ke-10 tahun 2023 tersebut mengangkat tema Accelerating Sharia Economy and Finance through Digitalization for Inclusive and Sustainable Growth. ISEF ke-10 ini diselenggarakan mulai 25 hingga 29 Oktober 2023 dengan rangkaian kegiatan terdiri dari seminar bertaraf nasional dan internasional, business matching, showcase internasional, dan eksibisi serta bebagai kompetisi. Melalui penyelenggaran ISEF ke-10 ini diharapkan menjadi momentum untuk semakin memperkuat upaya mengintegrasikan pemikiran dan inisiatif seluruh penggiat ekonomi syariah dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah Indonesia.
Rep: Rahayu Subekti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan kinerja keuangan syariah nasional pada masa pemulihan pandemi terus mengalami penguatan. Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Wahyu Purnama mengatakan, hal itu juga mendukung dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi di tengah kebangkitan ekonomi nasional.

Wahyu menuturkan, pembiayaan syariah secara konsisten terus tumbuh dalam dua digit mencapai 14,69 persen secara tahunan pada posisi September 2023.

Baca Juga


"Ini terutama didorong oleh permintaan pembiayaan dari pelaku usaha seiring tren pemulihan ekonomi nasional," kata Wahyu dalam dalam acara Business and Financing Deals Bulan Pembiayaan Syariah di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (27/10/2023).

Dia menjelaskan, penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah terus mengalami tren kenaikan. Hal itu baik dari kategori Bank Umum Syariah (BUS), termasuk unit usaha syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Wahyu memastikan, kebijakan makroprudensial terus dilonggarkan. Dia menegaskan, kebijakan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik dengan memperkuat efektivitas pemberian insentif guna mendorong pembiayaan.

"Fokus kebijakan saat ini berada pada sektor hilirisasi, perumahan, pariwisata, dan pembiayaan inklusif hijau," ujar Wahyu.

Dia menambahkan, pembiayaan di perbankan syariah juga masih didominasi oleh pembiayaan sektor konsumsi, yaitu KPR, KKP, dan multiguna. Sementara pembiayaan pada sektor produktif atau modal kerja masih berada di bawah sektor lainnya.

"Terkait fakta ini, perlu upaya bersama baik oleh industri, regulator, kementerian atau lembaga terkait untuk mendorong peningkatan pembiayaan syariah," kata Wahyu.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi mengatakan saat ini pertumbuhan perbankan syariah jauh lebih tinggi dibandingkan industri. Hery menyebut, kinerja pada Juni 2023 yang meliputi aset, pembiayaan, maupun DPK perbankan syariah tumbuh double digit.

"Aset perbankan syariah tumbuh lebih dari 14 persen secara tahunan, pembiayaan tumbuh lebih dari 17 persen secara tahunan, dan DPK tumbuh 10,27 persen," ujar Hery.

Hery menambahkan, pertumbuhan market share perbankan syariah juga menunjukan peningkatan. Hanya saja kisarannya masih kecil sekitar tujuh persen.

"Hal ini menjadi tantangan dan peluang agar bank syariah terus tumbuh," kata Hery.

Hery mengharapkan dengan kolaborasi yang baik antara industri membuat peluang untuk meningkatkan market share sangat terbuka. Dia menilai, perkembangan bisnis perbankan syariah tidak terlepas dari dukungan berbagai pemangku kepentingan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler