Guru Besar Unair Ungkap Ragam Tumbuhan untuk Pengobatan Radang Sendi
Tata laksana radang sendi melibatkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) bidang ilmu farmakognosi-etnomedisin, Prof Retno Widyowati, mengungkapkan sejumlah bahan alami yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan osteoarthritis atau radang sendi. Osteoarthritis dapat menyebabkan rasa nyeri pada persendian, dan dapat menyerang siapa saja seiring bertambahnya usia mereka.
Dikatakan, pada umumnya, tata laksana radang sendi melibatkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Penatalaksanaan radang sendiri, ternyata bisa memanfaatkan kekayaan bahan alam.
Apalagi, berdasarkan studi yang ia lakukan, masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan ramuan tradisional untuk mengurangi nyeri sendi. "Salah satu metodenya dengan kompres jahe dan bawang merah karena keduanya menurunkan peradangan dan melancarkan peredaran darah," kata Retno, Sabtu (28/10/2023).
Selain itu, Retno juga menemukan beberapa tanaman dan bagian tubuh hewan yang berpeluang menjadi obat bagi penderita radang sendi. Bahan tersebut antara lain akar kuning, bawang dayak, jotang, landing, dan tanduk rusa.
Retno menjelaskan, akar kuning merupakan tumbuhan endemik dari Kalimantan. Masyarakat Suku Dayak menggunakan akar kuning untuk mengobati nyeri sendi.
Tanaman ini memiliki beberapa kandungan metabolit sekunder seperti berberin, talifendin, jatrorrhizine, palmatin, columbamine, dihydro berberin, limasin, dan fibraurin. Kandungan ini berpotensi sebagai anti peradangan.
Meski demikian, uji toksisitas dan uji klinis perlu terlaksana dalam pengembangan akar kuning sebagai obat anti radang sendi. "Uji toksisitas dan uji klinik untuk keberlanjutan akar kuning sebagai obat anti radang sendi perlu dilakukan," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, tanduk rusa sambar memiliki kandungan kalsium sebesar 73 persen hidroksiapatit dan mineral. Masyarakat Kalimantan Timur mengonsumsi tanduk rusa sebagai obat mengurangi nyeri dan peradangan sendi.
Retno mengatakan, ekstrak etanol 70 persen dari tanduk rusa ternyata berpotensi sebagai obat anti radang sendi. Kendati demikian serangkaian standardisasi perlu terlaksana untuk menjamin keamanannya.
"Serangkaian standarisasi perlu terlaksana sehingga tanduk rusa dapat memenuhi standar sebagai bahan obat baru. Tak kalah penting juga, tanduk rusa harus melewati uji keamanan," kata Retno.
Bahan lain seperti bawang dayak, disebutnya mengandung senyawa yang dapat mengurangi pembengkakan lutut. Sementara jotang memiliki kandungan utama yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri.
Selain itu, jotang juga berpotensi sebagai obat anti osteoporosis. Ia menegaskan pentingnya pemanfaatan bahan alam sebagai obat anti radang nyeri agar dapat mendorong kemandirian industri farmasi Indonesia.
"90 persen obat dan bahan baku obat mengandalkan impor, hal ini merugikan perekonomian dan industri farmasi. Oleh karena itu peluang bahan alami dalam pengembangan obat sangat terbuka untuk menjadikan Indonesia lebih mandiri," kata dia.