Budi Daya Melon Inthanon: Sarana Belajar Santri dan Upaya Pesantren Mandiri Ekonomi

Ada sejumlah pesantren di Jabar yang mengembangkan usaha sektor pertanian.

Republika/Bayu Adji P
Pengunjung membeli melon inthanon yang dijual di stan Pondok Pesantren Alam Tahfidz (PPAT) Hamalatul Quran dalam kegiatan Pekan Kreasi Priangan Timur, Jumat (20/10/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Sabtu (28/10/2023) pagi, sejumlah santri putri tampak antusias memasuki greenhouse berukuran 45 kali 11 meter yang ada di halaman Pondok Pesantren Alam Tahfidz (PPAT) Hamalatul Quran. Para santri kelas VIII madrasah tsanawiyah itu mendapat tugas melakukan sanitasi lingkungan greenhouse, sebelum digunakan untuk menanam melon inthanon.


Kegiatan itu merupakan salah satu ekstrakurikuler di Hamalatul Quran, pondok pesantren yang ada di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Setiap Sabtu, para santri diminta melakukan aktivitas pertanian, yang merupakan ekstrakurikuler wajib.

Greenhouse merupakan salah satu sarana di Hamalatul Quran yang menjadi sarana para santri untuk belajar secara langsung aktivitas pertanian. “Kami diajarkan cara merawat melon, menyusun media tanam, dan lainnya,” kata Alma, salah satu santri yang bertugas melakukan sanitasi greenhouse pagi itu.

Santri asal Bandung itu sudah lebih dari satu tahun mondok di PPAT Hamalatul Quran. Santri bernama lengkap Quenesya Kharisma Almadira itu mengaku banyak mendapat pelajaran dan pengalaman baru selama di pesantren. Kegiatan yang ada disebut membuatnya lebih produktif.

Alma mencontohkan, melalui ekstrakurikuler pertanian, para santri jadi tahu cara menanam hingga alasan pentingnya sektor pertanian terus dikembangkan. “Itu bisa jadi life skills. Jadi, bisa melatih keterampilan,” kata santri putri berusia 13 tahun itu.

 

Para santri putri melakukan proses sanitasi di greenhouse tempat budi daya melon inthanon di Pondok Pesantren Alam Tahfidz (PPAT) Hamalatul Quran, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (28/10/2023). - (Republika/Bayu Adji P)

 

Pengelola greenhouse PPAT Hamalatul Quran, Gun Gun Nugraha, mengatakan, para santri memang selalu dilibatkan dalam proses budi daya melon inthanon yang dikembangkan pesantrennya. Pelibatan santri dilakukan mulai dari masa persiapan tanam, proses budi daya, dan bermacam proses lainnya. “Kebetulan tadi lagi sanitasi lahan, jadi para santri diminta untuk bersih-bersih. Tujuannya agar greenhouse steril dari hama penyakit,” kata dia.

Gun Gun menyebut budi daya melon inthanon berbeda dengan jenis melon pada umumnya. Melon inthanon disebut termasuk jenis premium, yang pemeliharaannya membutuhkan upaya ekstra, yaitu dengan menggunakan greenhouse yang dilapisi oleh insect net agar serangga tak bisa masuk ke dalam. Proses polinasi pun harus dilakukan secara manual, yang juga melibatkan tangan-tangan santri.

Tak hanya itu. Selama proses budi daya, yang membutuhkan waktu sekitar 75 hari, para santri secara rutin terlibat setiap pekannya. “Panen kami kemarin, dari sekitar 860 polybag, kami dapat sekitar lima-enam kuintal melon inthanon,” ujar Gun Gun.

Hasil panen itu dipasarkan melalui tiga cara. Salah satunya, pihak pesantren menggelar gebyar petik melon, dengan mengundang para pembeli datang langsung ke greenhouse untuk memetik langsung buah yang akan dibelinya.

Sisa hasil panen dari kegiatan itu akan dijual melalui sejumlah pameran atau agenda yang dilakukan di berbagai tempat. Selain itu, Hamalatul Quran memiliki offtaker tetap untuk hasil panen melon inthanon, yaitu Pesantren Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dukungan BI

Pembina Yayasan Hamalatul Quran Tasikmalaya Ustaz Abdillah Fahmi menjelaskan, budi daya melon inthanon di pesantrennya berjalan sejak 2020. Pesantrennya menerima bantuan berupa pembangunan greenhouse dan pendampingan budi daya melon inthanon dari Bank Indonesia (BI). “Bahkan, sampai pemasaran awal itu dibantu. Mereka (BI) pun tidak menuntut apa-apa, hanya ingin pesantren mandiri,” kata Fahmi.

Saat ini, PPAT Hamalatul Quran dikenal sebagai lembaga pendidikan yang fokus pada bidang pertanian. Budi daya melon inthanon bukan satu-satunya usaha yang dikembangkan pesantren itu. Usaha lainnya, antara lain budi daya tanaman secara hidroponik dan ternak ikan. Hasil budi daya tanaman hidroponik di Hamalatul Quran telah dijual di salah satu toko modern di Kota Banjar, Jawa Barat.

Fahmi mengakui hasil budi daya pertanian yang dilakukan di pesantrennya belum bisa menutup seluruh biaya operasional pesantren. Namun, setidaknya Hamalatul Quran sudah berjalan menuju arah untuk mewujudkan kemandirian pesantren dari sisi ekonomi.

“Kami juga ingin menjadi pesantren yang mandiri dengan bertani, mandiri dengan kondisi alam yang ada di sekitar kita. Jadi, ke depan kami ingin bisa menutupi operasional pesantren, bahkan dapat membantu masyarakat atau lembaga lain dari pertanian ini,” kata Fahmi.

Selain sebagai unit usaha, aktivitas pertanian di PPAT Hamalatul Quran juga menjadi sarana belajar para santri. Pasalnya, para santri selalu dilibatkan dalam proses budi daya yang dilakukan. “Itu semua dikerjakan untuk pengembangan potensi santri, sebagai model pembekalan. Jadi, santri itu bukan hanya mengaji, tapi juga punya potensi,” ujar Fahmi. 

Pengembangan potensi di bidang pertanian itu dinilai penting, mengingat dibutuhkannya regenerasi sumber daya sektor pertanian. Melalui pembelajaran langsung di sektor pertanian, para santri lulusan Hamalatul Quran diharapkan dapat tergugah. “Minimal di halaman rumah mereka nanti bisa hijau karena mereka sudah dibekali cara bercocok tanam, membuat pupuk, dan lainnya,” kata Fahmi.

Budi Daya Melon di Pesantren Lain

Usaha budi daya melon inthanon juga dikembangkan di Pesantren Bustanul Ulum, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Pengurus greenhouse Pesantren Bustanul Ulum, Lutfi Nur Iklima, mengatakan, saat ini sudah ada dua greenhouse di pesantrennya. Produksi melon inthanon dari dua greenhouse itu disebut bisa mencapai lebih dari 1,5 ton dalam sekali panen.

Lutfi menjelaskan, satu unit greenhouse dengan kapasitas 1.000 polybag tanaman melon di Pesantren Bustanul Ulum merupakan bantuan dari BI yang diberikan pada 2021. Sementara satu unit lainnya merupakan hasil pengembangan pesantren menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Karena sudah banyak permintaan pasar, kami tambah greenhouse,” kata Lutfi kepada Republika, Ahad (29/10/2023).

Menurut Lutfi, pasar melon inthanon yang diproduksi di Pesantren Bustanul Ulum saat ini tak hanya diberikan kepada offtaker, yaitu Pesantren Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung. Pesantren Bustanul Ulum juga membuka upaya pemasaran sendiri, seperti menggelar kegiatan petik melon saat panen tiba. Selain itu, melon inthanon hasil panen juga dipasarkan secara daring.

“Melalui program budi daya melon ini tentu banyak manfaat bagi pesantren, terutama dalam mendukung kemandirian pesantren. Santri juga bisa langsung belajar untuk melakukan budi daya,” kata Lutfi.

Pengembangan budi daya melon inthanon yang didukung BI di wilayah Priangan Timur juga dilakukan di Quranic Science Boarding School (QSBS) Al-Kautsar 561. Di pesantren yang ada di wilayah Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, itu budi daya melon inthanon sudah berjalan beberapa tahun.

Pengelola greenhouse QSBS Al-Kautsar 561, Dudung, mengatakan, budi daya melon inthanon yang dilakukan di pesantrennya sudah mulai memasuki musim tanam yang ketujuh. Setiap musim tanam setidaknya terdapat 1.000 benih melon inthanon ditanam di greenhouse yang berada di lingkungan pesantren.

“Saat awal-awal itu masih dalam percobaan. Belakangan hasil panen sudah mulai bagus. Rata-rata hasil panen satu pohon itu satu kilogram atau sekitar satu ton untuk total keseluruhan,” kata Dudung kepada Republika, Ahad (29/10/2023).

 

Budi daya melon inthanon di Quranic Science Boarding School (QSBS) Al-Kautsar 561, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. - (Dok QSBS Al-Kautsar 561.)

 

Hasil panen melon inthanon di QSBS Al-Kautsar itu biasanya dijual kepada orang tua santri. Beberapa kali pihak pesantren juga melakukan kegiatan petik melon inthanon langsung di greenhouse. “Malah dengan hasil panen yang ada kami juga masih kekurangan. Kami juga kadang masih ambil dari mitra yang lain,” ujar Dudung.

Seperti di Hamalatul Quran, budi daya melon inthanon di QSBS Al-Kautsar berawal dari bantuan BI Tasikmalaya. Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya memberikan bantuan berupa greenhouse dan pendampingan kepada sejumlah santri untuk melakukan budi daya melon inthanon.

Saat ini, QSBS Al-Kautsar sudah dapat melakukan pengelolaan budi daya melon inthanon secara mandiri. Proses budi daya itu juga melibatkan para santri, sebagai sarana praktikum.

Dudung mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus untuk terus mengembangkan budi daya melon inthanon. Salah satu caranya dengan menambah greenhouse di lingkungan pesantren. “Kalau punya modal, kami ingin membuat greenhouse lagi. Karena, mengandalkan satu greenhouse itu, dengan waktu panen tiga bulan hingga empat bulan sekali, cukup lama. Kalau ada dua, kita bisa dua bulan sekali panen,” kata dia.

Apalagi, beberapa kali QSBS Al-Kautsar mendapatkan tawaran untuk melakukan ekspor melon inthanon. Namun, tawaran itu masih belum diterima lantaran hasil produksi melon inthanon belum terjaga ketersediaannya. 

Dudung meyakini usaha pertanian yang dikelola pesantrennya memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Bukan hanya budi daya melon inthanon, melainkan juga produk pertanian yang lain.

Saat ini, QSBS Al-Kautsar juga tengah mengembangkan wisata edukasi (eduwisata) berbasis pertanian dengan membuka lahan sekitar 2,5 hektare untuk ditanami durian dan jambu kristal. “Karena, tujuan akhir dari semua program ini adalah kemandirian pesantren. Jadi, kami ingin lebih banyak siswa di sini mendapat beasiswa dari hasil kemandirian itu,” kata Dudung.

Prospek ekonomi syariah

Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya Aswin Kosotali mengatakan, berdasarkan data dari Global Islamic Economy Report (GIER), prospek ekonomi syariah secara global akan sangat berkembang pada 2024. Prospek itu terlihat seiring dengan tren gaya hidup halal masyarakat di berbagai negara di dunia.

Menurut Aswin, BI terus mendorong pengembangan ekonomi syariah yang mengacu pada tiga pilar, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah, pendalaman pasar keuangan syariah, serta penguatan riset asesmen dan edukasi. Melalui upaya tersebut, posisi Indonesia, khususnya Priangan Timur, diharapkan dapat lebih kuat dalam pengembangan ekonomi syariah yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kegiatan ini juga disinergikan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) khususnya pada topik halal value chain sektor pertanian, sehingga pengembangan ekonomi dan keuangan syariah diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah, sekaligus menjaga stabilitas harga,” kata Aswin.

Menurut Aswin, berbagai program pengembangan ekonomi syariah telah dilaksanakan oleh BI Tasikmalaya. Sampai dengan triwulan III 2023, Aswin mengatakan, telah dilakukan upaya untuk mendorong kemandirian ekonomi 33 pesantren, seperti melalui pengembangan usaha sektor pertanian terpadu berbasis teknologi digital.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler