Alami Mata Kering? Obat Tetes Mata Ternyata Bukan Pertolongan Pertama
Obat tetes mata justru menjadi pilihan terakhir mengatasi keluhan mata kering.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis mata Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Hisar Daniel mengatakan penggunaan obat tetes mata hanyalah pilihan terakhir atau tidak untuk solusi pertama mengatasi keluhan mata kering. “Penggunaan artificial tears, air mata buatan atau obat tetes mata pelumas ini yang pasti sebenarnya digunakan kalau sudah merasakan keluhan,” kata dia di Jakarta, Senin (30/10/2023).
Ia menjelaskan, obat tetes mata digunakan ketika sejumlah metode atau upaya dalam menjaga kesehatan mata sudah dilakukan tetapi tidak menunjukkan hasil. Metode mengatasi masalah tersebut, di antaranya dengan frekuensi berkedip dan menerapkan Rule Of 20 atau beristirahat selama 20 detik, dengan melihat objek yang berjarak 20 kaki atau sekitar enam meter, ketika sudah 20 menit berada di depan layar gawai.
“Jika istirahat 20-20-20 juga sudah dilakukan, tetapi mata tetap perih, tetap kering, ya mungkin penggunaan obat tetes itu menjadi suatu solusi,” ujarnya.
Penggunaan obat tetes mata, menurut Hisar, diutamakan atau menjadi hal wajar dan normal ketika berada di daerah tropis dengan paparan sinar ultraviolet tinggi, namun tetap sesuai dosis yang dianjurkan.
“Jadi kalau misalnya dalam kondisi yang bekerja di tempat yang AC sentralnya dingin sekali, sudah diupayakan berkedip segala macam, tetapi tetap matanya masih kering, rasa perih, ya mungkin ada tempatnya untuk bisa memberikan artificial tears,” katanya.
Ia menjelaskan, penggunaan obat tetes mata sebaiknya dilakukan empat kali dalam sehari, dengan dosis satu tetes setiap pemakaian. Dia mengatakan, penggunaan obat tetes mata yang terus berlanjut sebagai solusi untuk membuat mata terasa nyaman merupakan hal yang harus diwaspadai.
“Jadi kalau sudah berkelanjutan, saya rasa sebaiknya diperiksa. Jangan terus-menerus dengan obat tetes itu,” ucapnya.
Ia mengatakan, penggunaan obat tetes mata diperbolehkan hanya untuk tahap awal, tidak untuk terapi berkelanjutan. Untuk itu, kata dia, masyarakat perlu melakukan pemeriksaan mata agar bisa mengetahui penyebab keluhan dan segera diobati.
“Karena kalau tidak tahu penyebabnya, tidak bisa mengobatinya,” katanya.