Kena Boikot, Saham McDonald's hingga Coca-Cola Malah Menguat
Ada 140 merek populer di dunia yang termasuk dalam kampanye boikot
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seruan untuk memboikot produk-produk yang memberikan dukungan kepada Israel masih terus dilakukan di berbagai belahan dunia. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan penjajahan Israel terhadap warga Palestina.
Situasi yang semakin memburuk di Timur Tengah disebut berpotensi berdampak ke pasar saham. Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netahanyu menolak imbauan gencatan senjata. Israel menegaskan tidak akan berhenti memerangi kelompok pejuang Hamas.
"Kalau masalah ini berkepanjangan tentu akan mempengaruhi pergerakan pasar saham global," kata Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada, Rabu (1/11/2023).
Menurut Reza, buntut serangan Israel ke Palestina tidak hanya akan berdampak kepada saham-saham tertentu yang berkaitan dengan Israel tetapi juga bisa menyeluruh ke pasar saham. Pelaku pasar akan panik dengan kondisi yang ada sehingga banyak melakukan aksi jual.
Islamic Information Foundation, yang berbasis di Inggris, menyebut ada 140 merek populer di dunia yang termasuk dalam kampanye boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung agresi Israel atas warga Palestina di Gaza. Beberapa merek yang diboikot antara lain Coca-Cola, McDonald's, hingga Walt Disney.
Namun, aksi boikot ini belum berdampak siginifikan terhadap kinerja saham perusahaan-perusahaan tersebut. Saham ketiga perusahaan justru mengalami penguatan.
Pada perdagangan semalam, Selasa (31/10/2023) saham Walt Disney ditutup melonjak sebesar 1,13 persen setelah dalam lima terakhir terpangkas 0,66 persen. Saham Coca-Cola juga berakhir naik sebesar 1,82 persen serta saham McDonald's menguat 0,78 persen.
Reza melihat, boikot yang dilakukan hanya akan berdampak sementara terhadap pergerakan saham emiten-emiten yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) tersebut. Pasalnya, aksi boikot tidak terjadi secara menyeluruh di setiap negara.
"Kalau perusahaan tersebut tidak sampai tutup satu per satu, artinya kinerja masih bisa dipertahankan. Jadi boikot ini dampaknya hanya sesaat," kata Reza.