Praktisi Daur Ulang Plastik Nilai Pemulung Indonesia Harus 'Naik Kelas'
Pemulung dinilai berperan penting mendukung kegiatan ekonomi sirkular.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi daur ulang plastik dari Indonesian Plastic Recyclers (IPR) Wilson Pandhika berharap pemulung Indonesia bisa 'naik kelas' dengan sejumlah upaya melalui kolaborasi antara pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Wilson kepada wartawan saat ditemui usai diskusi mengenai pameran industri daur ulang plastik di Jakarta, Rabu (1/11/2023), mengatakan, sejak 1991, Indonesia sudah memiliki Ikatan Pemulung Indonesia (IPI).
"IPI terbukti sudah memberi kekuatan spesial bagi negara untuk mengumpulkan plastik-plastik bekas pakai yang terbuang guna mendukung kegiatan ekonomi sirkular," katanya.
Menurut dia, mereka menjadikan sampah plastik salah satu sumber mata pencaharian sehingga cukup berbeda dengan negara-negara tetangga negara karena di sana tak ada profesi itu.
Sekretaris Jenderal IPR itu mengajak pemerintah menaikkan kelas pemulung, yang hingga kini masih banyak yang tidak memiliki identitas domisili berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Kondisi pemulung di Indonesia hari ini, baik dari segi sosial maupun ekonomi, kurang diperhatikan," kata Wilson.
Namun, data IPI menyebutkan, Indonesia memiliki sedikitnya tiga juta pemulung yang beroperasi setiap harinya untuk mengumpulkan plastik bekas pakai. Para pemulung, di Jakarta khususnya, juga sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Namun, kecakapan digitalnya belum terasah untuk melahirkan inovasi-inovasi baru dalam memulung.
"Jadi potensi untuk memberdayakan pemulung ada. Apalagi Indonesia adalah negara dengan tujuh juta sampai delapan juta ton sampah plastik setiap tahunnya," kata Wilson.
Oleh karena itu, IPR menyarankan agar para pemulung sampah plastik itu dikaryakan dalam industri informal pengolahan sampah plastik, baik yang masih berskala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan dukungan pemerintah, maupun yang sudah multinasional.
Peran milenial IPR juga, kata dia, ikut memberi perhatian (concern) terhadap peningkatan kapasitas generasi milenial yang memiliki kecakapan digital. Menurut Wilson, generasi milenial perlu dihadapkan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya serta gambaran yang transparan mengenai industri berkelanjutan agar tidak menjadi pihak yang rentan terhadap gerakan pencucian hijau (greenwashing).
IPR menggandeng pihak terkait menyelenggarakan pameran Plastics & Rubber Indonesia 2023 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 15-18 November bertemakan, ‘The Future of Plastics in Indonesia.
"Kami antara lain menghadirkan zona ekonomi sirkular, sebuah teknologi daur ulang terbaru dan tren pasar terkini, serta isu terkait lainnya terkait daur ulang plastik yang sudah sukses dilakukan di Indonesia," kata Wilson.
Partisipan pameran tersebut terdiri atas 67 persen produk lokal dan sisanya dari luar negeri seperti teknologi dari Jerman, Jepang, Amerika Serikat, China dan Korea.