Tangis Wartawan BBC Pecah Akibat Pemberitaan Lebih Condong ke Zionis Israel 

Jurnalis BBC ungkapkan tekanan terkait pemberitaan Gaza.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Beit Hanon di utara Jalur Gaza tak luput dari serangan Zionis Israel. Jurnalis BBC ungkapkan keterkenannya terkait pemberitaan Gaza
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— The Times melaporkan pada Rabu (1/11/2023), wartawan BBC dilaporkan menangis di toilet karena kekhawatiran bahwa lembaga penyiaran tersebut memperlakukan kehidupan orang Israel lebih berharga dibandingkan kehidupan warga Palestina di tengah liputan perang brutal Israel di Gaza. 

Baca Juga


Para karyawan lembaga penyiaran Inggris tersebut menuduh lembaga tersebut terlalu lunak terhadap Israel dan tidak memanusiakan warga sipil Palestina. 

Staf dilaporkan telah mengambil cuti, sementara pekerja lepas telah mengorbankan penghasilan mereka dengan tidak masuk kerja di tengah tekanan.

“Banyak orang merasa terganggu,” kata salah satu sumber, seperti dikutip surat kabar Inggris, dilansir dari laman New Arab pada Rabu.

Selain itu, dalam email yang dibagikan kepada staf internasional BBC News, para jurnalis menunjukkan bahwa kata-kata seperti pembantaian, pembunuhan masal, dan kekejaman sering digunakan untuk merujuk pada serangan Hamas. Akan tetapi, tindakan Israel tidak dijelaskan dengan menggunakan kosakata atau kemarahan yang serupa.

Di antara mereka yang menuduh BBC bias terhadap Israel adalah koresponden Rami Ruhayem yang berbasis di Beirut. Dia menyatakan keprihatinan yang paling besar atas liputan perang yang sedang berlangsung.

Ruhayem melanjutkan dengan menyatakan bahwa jurnalis BBC sering bersikap lunak terhadap pejabat Israel selama wawancara sehingga memberi mereka waktu siaran yang nyaman untuk membenarkan kekejaman Tel Aviv di Gaza. 

"Apakah hal ini tidak menimbulkan pertanyaan mengenai kemungkinan keterlibatan BBC dalam hasutan, dehumanisasi, dan propaganda?" kata dia.

Di samping itu, sumber orang dalam mengatakan kepada The Times bahwa BBC berisiko menjadi terikat setelah melakukan pertemuan dengan staf Palestina, Arab, dan Yahudi.

Adapun Israel melancarkan pengeboman paling ganas dalam 70 tahun terakhir di Jalur Gaza pada 7 Oktober. Peristiwa tersebut menggugurkan sedikitnya 7.028 warga Palestina, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak, dan melukai lebih dari 17 ribu orang.

Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar

Sementara itu, Israel terus membombardir bangunan tempat tinggal, tempat berkumpul, dan rumah sakit, sambil mengepung wilayah tersebut, memutus pasokan air, makanan, dan bahan bakar. 

Serangan brutal Israel dilakukan sebagai pembalasan atas serangan mendadak lintas batas yang dilakukan Hamas dua puluh hari lalu, yang telah menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel. 

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Di sisi lain, Tel Aviv telah dituduh berbagai kelompok hak asasi manusia dan negara melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza yang diblokade, menyusul pembunuhan ribuan warga sipil. Hal ini terjadi ketika BBC terlibat dalam sejumlah kontroversi terkait pembingkaian perang Israel di Gaza.

Peta Blokade Gaza - (Republika)

Stasiun penyiaran tersebut mendapat sorotan setelah salah satu presenternya, Maryam Moshiri, menggambarkan protes solidaritas Palestina di London sebagai tindakan yang pro Hamas. Media penyiaran tersebut kemudian meminta maaf atas laporan tersebut dan menyebutnya sebagai pengungkapan yang buruk dan deskripsi demonstrasi menyesatkan.

Salah satu karyawannya, koresponden Afrika Utara yang berbasis di Tunisia, Bassam Bounneni, mengundurkan diri dari jabatannya pekan lalu demi hati nurani profesionalnya. 

Hal ini dilakukan di tengah kritik lebih lanjut terhadap pemberitaan BBC mengenai perang Israel-Gaza. Selain itu juga pada pekan lalu, enam wartawan tidak lagi mengudara dan diselidiki atas postingan dan likes di media sosial yang ditafsirkan sebagai pro Palestina.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler