Investasi di Tahun Politik, Pilih Saham atau Obligasi?

Investor disarankan untuk melakukan strategi diversifikasi investasi.

ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta, Jumat (13/11/2020). Investor diimbau melakukan diversifikasi investasi jelang pemilu.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investor cenderung bersikap wait and see memasuki tahun pemilu 2024. Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan, investor tengah fokus memantau keamanan situasi selama pesta demokrasi berlangsung.

Baca Juga


"Perhatian investor terhadap pemilu terutama difokuskan ke arah apakah pemilu aman atau tidak. Kalau pemilu aman, minat untuk berinvestasi di pasar modal lebih terjaga," kata Katarina di acara Pengukuhan Kerja Sama Bank BTPN dan MAMI, Kamis (2/11/2023).

Katarina mengatakan, ajang pemilu di Indonesia relatif selalu aman dari tahun ke tahun. Pemilu di Indonesia umumnya berlangsung damai, tidak seperti yang sering terjadi di negara-negara lain yang bahkan banyak memakan korban jiwa. 

Katarina melihat ketegangan yang berkaitan dengan pemilu kebanyakan hanya terjadi di media sosial, tidak pernah ada kerusuhan secara fisik. Menurutnya, keamanan saat pemilu adalah syarat utama yang diperhatikan investor saat ingin berinvestasi.

Berkaca dari pemilu 2009, 2014, dan 2019, market malah bergerak positif. Hal tersebut kemungkinan ditopang oleh aktivitas ekonomi yang lebih meningkat. Katarina meyakini situasi tersebut masih akan berlanjut pada periode kali ini. 

"Perputaran uang meningkat, konsumsi juga meningkat ditopang oleh dana-dana kampanye, jadi itu cukup menopang perekonomian," kata Katarina.

Investor sebaiknya melakukan strategi....

 

 

Memasuki tahun politik 2024, menurut Katarina, investor sebaiknya melakukan strategi diversifikasi dalam berinvestasi. Pasalnya masih belum ada kepastian mengenai pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih.

Hal ini menyebabkan kebanyakan investor menunda investasi dan belanja modalnya, sehingga cukup membuat ekonomi tidak bisa bertumbuh secepat yang seharusnya. MAMI masih menperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sedikit di atas level lima persen. 

Dengan lebih stabilnya suku bunga dan volatilitas, imbal hasil surat utang negara dan obligasi Pemerintah AS, Katarina menilai investasi di pasar obligasi akan sangat menarik. "Kebijakan suku bunga the Fed akan diikuti kebijakan suku bunga bank sentral lain sehingga dampaknya sangat positif ke pasar obligasi dan sangat diuntungkan," ujar Katarina.

Di sisi lain, diversifikasi ke instrumen saham terutama bagi investor yang memiliki profil risiko agresif dan jangka panjang juga perlu dipertimbangkan. Investor bisa memanfaatkan kesempatan untuk masuk ke pasar saham yang saat ini valuasinya sudah sangat baik, jauh di bawah rata-rata valuasi 10 tahun. 

"Jadi, strategi diversifikasi adalah langkah yang paling tepat," kata Katarina.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler