Airlangga Sebut Minyak Sawit Efisien Penuhi Pemintaan Miliaran Orang

Pada 2050, dunia akan butuh tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati.

Antara/Mohamad Hamzah
Petani memanen buah sawit di kebunnya di Desa Tibo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Ahad (10/9/2023).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, industri kelapa sawit berperan penting dalam perekonomian nasional. Di antaranya telah berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja produktif dan kesempatan kerja, ketahanan pangan, ketahanan energi, serta penyediaan barang-barang konsumsi. 

Baca Juga


Maka, berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di kalangan petani pedesaan. Termasuk bagi petani kecil. Ia melanjutkan, dengan perkiraan populasi dunia akan mencapai 9,8 miliar jiwa pada 2050. Dunia akan memerlukan tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati pada saat tersebut.

"Minyak sawit merupakan cara yang berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat. Kelapa sawit juga mendukung penyediaan bahan bakar transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti bahan bakar penerbangan berkelanjutan," ujar Airlangga saat memberikan sambutan secara virtual di The 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook di Jakarta, Kamis (2/11/2023).

Demi meningkatkan produktivitas kelapa sawit, kata dia, Indonesia telah melakukan penanaman kembali seluas 200 ribu hektar sejak 2007. Lalu seluas 180 ribu hektar sedang dilakukan penanaman kembali pada tahun ini, dengan mengalokasikan anggaran sebesar 386 juta dolar AS.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menambahkan, semua pihak harus berkolaborasi dan bekerja sama dalam mengembangkan industri sawit. Itu karena, komoditas tersebut menjadi industri tulang punggung bagi pembangunan Indonesia. 

Dijelaskan, industri kelapa sawit yang berkelanjutan menjadi sangat penting. Dengan begitu dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi ribuan petani sawit. 

"Pada Oktober 2023, kita telah memiliki bursa harga CPO Indonesia yang dapat digunakan sebagai fondasi kita bersama untuk penentuan harga yang bersifat sukarela. Jika tidak, kita hanya akan terus mengikuti bursa harga CPO Malaysia atau Rotterdam," kata Zulkifli pada kesempatan yang sama.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler