AS Prihatin dengan Kelebihan Kapasitas Industri Cina
Kelebihan kapasitas industri dapat menyebabkan pasar global dibanjiri barang Cina.
REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan, ia prihatin kelebihan kapasitas industri Cina dapat menyebabkan pasar global dibanjiri barang-barang Cina. Sebab Beijing sedang mencari cara untuk mendorong pertumbuhan ekonominya yang lesu.
Yellen mengatakan isu ini ia bahas dengan Wakil Perdana Menteri Cina, He Lifeng, saat keduanya bertemu di San Francisco pekan lalu.
"Kami memang membicarakan masalah kelebihan pasokan yang telah muncul dan dapat muncul di masa depan di industri-industri yang banyak diinvestasikan oleh Cina. Dan saya menganggap hal tersebut sebagai sebuah risiko," kata Yellen, dalam konferensi pers, Selasa (14/11/2023).
Yellen menambahkan, kedua belah pihak sepakat AS dan Cina harus mencari hubungan perdagangan yang adil dan bidang yang setara di mana perusahaan-perusahaan mereka dapat bersaing.
Cina menargetkan industri-industri seperti semikonduktor canggih, pesawat terbang, kendaraan listrik, peralatan pertanian, dan sektor-sektor lain dalam rencana industri baru-baru ini dan baru-baru ini berusaha untuk menjadi mandiri di sektor-sektor teknologi.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden akan membahas penguatan komunikasi dan pengelolaan persaingan usaha dengan Presiden Cina Xi Jinping. Saat keduanya bertemu dalam pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pekan ini.
Pada Rabu (15/11/2023), mereka akan bertemu tatap muka untuk pertama kalinya selama satu tahun. Sejak pertemuan G-20 di Indonesia pada November tahun lalu. Pertemuan tingkat tinggi ini bertujuan menahan ketegangan antara dua perekonomian terbesar di dunia.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan Biden yakin tidak ada yang dapat menggantikan diplomasi tatap muka untuk mengelola hubungan yang kompleks ini.
"Kami mengantisipasi para pemimpin akan membahas beberapa elemen paling mendasar dari hubungan bilateral AS-Cina, termasuk pentingnya memperkuat jalur komunikasi terbuka dan mengelola persaingan secara bertanggung jawab agar tidak berbelok ke dalam konflik," kata Sullivan.