Biden Tegaskan Menduduki Gaza Merupakan Kesalahan Besar

Biden mengatakan AS tidak akan mengirimkan militernya ke Gaza.

Foto AP/Andrew Harnik
Presiden AS Joe Biden mengatakan menduduki Gaza merupakan kesalahan besar.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WOODSIDE -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, solusi dua negara satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Ia juga mengatakan menduduki Gaza merupakan "kesalahan besar."

Baca Juga


Pada wartawan Biden mengatakan ia melakukan semua hal yang dapat ia lakukan untuk membebaskan sandera yang ditawan Hamas. Tapi tidak berarti akan mengirimkan militer AS.

Pada pekan ini presiden AS itu mengatakan ia mengirimkan pesan pada orang-orang disandera "bertahan di sana," hal ini menimbulkan pertanyaan maksud pernyataannya. Saat ditanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.

"Apa yang saya maksud, saya melakukan semua yang bisa saya lakukan untuk mengeluarkan kalian. Datang membantu kalian, mengeluarkan kalian. Saya tidak bermaksud mengirimkan militer ke sana, saya tidak berbicara tentang militer," katanya, Rabu (15/11/2023).

Biden menyatakan ia terus bekerja dalam masalah ini dan tidak akan berhenti sampai orang-orang yang disandera, termasuk anak tiga tahun warga AS, berhasil dibebaskan.

Qatar yang menampung kantor politik Hamas, menjadi penengah antara gerakan perjuangan Palestina itu dengan Pemerintah Israel untuk membebaskan lebih dari 240 sandera. Mereka ditawan dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu yang Israel klaim menewaskan 1.200 orang.

Israel membalasnya dengan membombardir Gaza yang dikuasai Hamas sejak bulan lalu dan mulai menggelar invasi ke kantong pemukiman itu. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan-serangan Israel telah menewaskan 11 ribu orang lebih, sekitar 40 persen diantaranya anak-anak.

Biden mengatakan Hamas melakukan kejahatan perang dengan menempatkan markas militernya di bawah rumah sakit. Ia mengulangi pernyataan yang disampaikan juru bicara Gedung Putih pada hari Selasa (14/11/2023), dan dia yakin intelijen AS mendukung "fakta" tersebut.

Ia mengatakan Israel telah memasuki rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, dengan sejumlah pasukan bersenjata, dan tidak melakukan pengeboman di tempat tersebut.

"Mereka diberitahu ... kami mendiskusikan perlunya mereka sangat berhati-hati," kata Biden, seraya menambahkan bahwa Israel berkewajiban untuk menggunakan kehati-hatian semaksimal mungkin dalam membidik sasaran.

Namun dia mengatakan "tidak realistis" untuk mengharapkan Israel menghentikan aksi militernya. Terutama mengingat ancaman dari pejabat senior Hamas yang berniat untuk menyerang Israel lagi dan aksi-aksi "mengerikan" mereka di masa lalu.

"Hamas mengatakan secara terbuka mereka berencana menyerang Israel lagi, seperti yang mereka lakukan sebelumnya, di mana mereka memenggal kepala bayi," kata Biden, mengulangi pernyataan yang ia sampaikan bulan lalu, saat ia mengatakan ia melihat gambar-gambar bayi yang dipenggal.

Tapi Gedung Putih mengklarifikasi para pejabat AS belum melihat bukti-bukti tentang hal ini, dan mengatakan Biden mengacu pada laporan berita tentang tindakan tersebut. Belum diketahui apakah ada informasi intelijen baru yang mengkonfirmasi bayi-bayi dipenggal.

Biden mengatakan Israel sekarang membawa inkubator dan peralatan lain untuk membantu orang-orang, dan tentaranya memberikan kesempatan kepada para dokter, perawat, dan staf lainnya untuk "keluar dari bahaya."

Sebelumnya Israel mengatakan pasukannya menemukan senjata dan peralatan tempur Hamas di rumah sakit Al Shifa dalam sebuah penggeledahan. Hamas menepis pengumuman tersebut sebagai "kebohongan".

Biden mengatakan pada Netanyahu ia mengatakan tidak percaya perang akan berakhir sampai solusi dua negara tercapai.

"Saya menjelaskan kepada Israel menurut saya adalah sebuah kesalahan besar jika mereka menduduki Gaza," katanya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler